Aktivitas 1: Ideology of Education (Ideologi
Pendidikan)
Tujuan : Memahami berbagai ideologi
pendidikan
Materi : Masalah atau pertanyaan yang
diajukan, handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam ideology pendidikan:
1.
Radical
(Radikal)
Illich (1973) jauh lebih
radikal terhadap perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan. Ia mengambil
pandangan liberal untuk konklusi logikanya dengan berdalih bahwa persekolahan
tidak penting dan membahayakan untuk masyarakat (that formal schooling is
unnecessary, and indeed harmful to social (Haralambos & Holborn, 2000:781).
Ideologi liberal radikal juga disebut dengan ideologi kritisisme. Ideologi
kritisisme adalah aliran yang diasosiasikan dengan mashab Frankfurt (Frankfut
School) yang dimulai dari Jerman (Bottomore, 1984; Held, 1980; Fay, 1975 alam
O’Neil, 1981), yang berpendapat bahwa penddikan merupakan arena perjuangan
politik. Pendidikan harus mampu melakukan refleksi kritis, terhadap ‘the
dominant ideology’ ke arah transformasi sosial (Haralambos & Holborn,
2000). Dalam perspektif kritis, pendidikan harus memanusiakan manusia, jangan
sampai terjadi dehumanisasi, karena sistem dan struktur yang tidak adil.
2.
Conservative
(Konservatif)
Bagi ideologi pendidikan
kaum konservatif, tujuan dan sasaran pendidikan adalah sebagai pelestarian dan
penerusan pola-pola kemapanan sosial serta tradisi-tradisi. Berciri orientasi
masa kini, pendidik konservatif sangat menghormati masa silam, namun mereka
lebih memusatkan perhatiannya pada kegunaan dan penerapan pola belajar mengajar
di dalam konteks sosial yang ada sekarang.
Ideologi konservatif, pada
dasarnya mendukung ketaatan terhadap lembaga-lembaga dan proses-proses budaya
yang sudah teruji oleh waktu, disertai dengan rasa hormat yang mendalam
terhadap hukum serta tatanan sosial yang berlaku, sebagai landasan bagi
perubahan sosial yang konstruktif. Dalam hal pendidikan, kaum konservatisme
menganggap bahwa sasaran utama sekoah adalah pelestarian, penerusan struktur,
dan sistem sosial serta pola-pola dari tradisi-tradisi yang sudah mapan. Ada
dua varian yang mendasari ideologi-ideologi pendidikan konservatisme:
a.
Ideologi
konservatisme religius, menekankan pelatihan rohani sebagai pusat landasan
watak moral yang tepat.
b. Ideologi
pendidikan konservatisme sekuler, peduli pada perlunya pelestarian dan
penyaluran keyakinan-keyakinan dan praktikpraktik yang ada, sebagai sebuah
jalan untuk melestarikan pertahanan hidup secara sosial sekaligus keefektifan
sosial.
Saat ini, konservatisme
relegius paling terwakili dalam orientasi pendidikan tradisi-tradisi protestan,
seperti Lutheran dan baptisn; sedangkan yang sekuler diwakili oleh para kritisi
yang tajam dari pendukung progresivisme dan permisivisme pendidikan, seperti
pemikiran James Koerner serta Hymen Rickovera. (William F. O’Neil.
“Ideologi-Ideologi Pendidikan”…,333)
3.
Liberal
Ideologi liberal dalam pendidikan ialah aliran yang memiliki
sikap politik bebas, ingin maju terus, dan selalu menginginkan perubahan
progresif dan cepat tanpa ada batasan baik itu dari pemerintah ataupun
sekolah (Ernest,
1991). Ideologi pendidikan liberal bertujuan untuk melestarikan
dan memperbaiki tatanan sosial yang ada, dengan cara mengajarkan kepada siswa
bagaimana caranya menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupannya secara
efektif. Karena manusia adalah makhluk sosial yang bersandar pada orang lain
untuk bertahan hidup pada masa bayi dan kanak-kanak, dan bergantung pada
kondisi-kondisi budaya yang menjamin perilaku yang berhasil baik dalam
persaingan antarspesies, maupun dalam persaingan antarmasyarakat dalam spesies
(manusia) itu sendiri, atau pun persaingan antarindividu dalam sebuah
masyarakat, maka kegiatan belajar secara personal selalu berlangsung dalam
konteks pengalaman sosial, dan hakikat serta isi pengalaman sosial itu, secara
logis maupun psikologis, mendahului penngalaman murni bersifat personal.
Ideologi Pendidikan liberasionisme menganggap
bahwa manusia mesti mengusahakan pembaruan/perombakan segera dalam ruang
lingkup besar atas tatanan politis yang ada, sebagai jalan menuju perluasan
kebebasan individual serta untuk mempromosikan perwujudan potensi-potensi
personal sepenuhnya. Ideologi pendidikan liberasionisme mencakup spektrum
pandangan yang luas, dari liberasionisme pembaruan yang relatif konservatif, ke
liberasionisme revolusioner. Bagi kaum liberasionisme, sekolah haruslah objektif
(rasional-ilmiah), namun tidak sentralistik, dan memiliki fungsi ideologis.
4.
Humanist
(Humanis)
Aliran humanis menafsirkan
pendidikan menjadi kepentingan semua komponen pendidikan dan bermodelkan
nilai-nilai kemanusiaan sebagai dasar untuk dikembangkan lebih jauh lagi dengan
berbekal potensi diri yang dimiliki. Proses menjadikan manusia berfikir kritis merupakan
keharusan untuk mengungkap sebuah kebenaran tentang segala sesuatu yang ada di
alam ini tak terkecuali kritis terhadap segala bentuk system yang menafikan hakekat
humanism yang jauh dari keberpihakan.
5.
Progressive
(Progresif)
Tujuan utama pendidikan progresiv
adalah untuk meningkatkan kecerdasan praktis, yaitu untuk membuat siswa lebih
efektif dalam memecahkan berbagai problema yang disajikan dalam konteks
pengalaman pada umumnya. Karakteristik, progresivitas pendidikan bersifat
duniawi, menjelajah, dan aktif. Ini terutama berorientasi kepada cara hidup
liberal (dalam budaya Amerika). Secara filosofi, progresivisme ditopang oleh
filosofi pragmatisme.
6.
Socialist
(Sosialis)
Ideologi sosialisme dapat
diidentikkan dengan ideologi komunisme. Hal ini karena prinsip yang mendasar
yaitu sama-sama akan mengutamakan segala kepemilikannya secara bersama-sama dan
tidak mengakui adanya kepemilikan individu. Seluruh aset dan modal akan
dikuasai secara bersama-sama demi kepentingan suatu bangsa dan negara.
7.
Democraracy
(Demokrasi)
Demokrasi terdiri dari dua kata yaitu demos
dan kratos. Demos berarti rakyat dan kratos berarti kekuasaan. Jadi bisa
disimpulkan bahwa demokrasi adalah kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat.
Suara rakyat akan diwakili oleh dewan yang diberi nama dewan perwakilan rakyat.
Selain itu, dalam proses berjalannya suatu
negara maka akan diadakan pemilihan umum yang berfungsi untuk memilih
legislatif (Perwakilan rakyat) dan eksekutif (pemerintah) yang akan saling
bersinergi dalam membangun negara. Beberapa Negara yang menganut system dekokrasi
yaitu, Norwegia, Denmark, Amerika, Swedia, Venezuela, Australia, Belgium,
Selandia Baru, dan masih banyak lagi.
Indeologi pendidikan yang diterapkan di Indonesia adalah ideologi pancasila. Pancaila sebagai
item filafat telah menggambarkan secara jelas karakteristik dari pengetahuan
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pancaila yang berobjekkan manuisa secara
hakiki ebagai makhluk mono-dualisme memiliki system pengetahuan dan system
nilai yang holistic-humanis dan religiu sebagai kristalisasi nilai-nilai
kepribadian bangsa.
Aktivitas 2: Nature of Education (Hakikat Penddikan)
Tujuan : Memahami berbagai hakikat
pendidikan
Materi : Masalah atau pertanyaan yang
diajukan, handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam sifat pendidikan:
1.
Obligation
(Kewajiban)
Pasal 31 UUD 1945
mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara tetapi
pendidikan dasar merupakan ziyakewajiban yang harus diikuti oleh setiap warga
negara dan pemerintah wajib membiayai kegiatan tersebut. Keberadaan pendidikan
yang sangat penting tersebut telah diakui dan sekaligus memiliki legalitas yang
sangat kuat sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 (1)
yang menyebutkan bahwa:” Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Hak
memperoleh pendidikan ini diperjelas dengan pasal 31 (2) yang bunyinya:”Setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya”. Selanjutnya pada ayat (3) dituangkan pernyataan yang berbunyi:”
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”. Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan
yang layak terutama pendidikan dasar. Selain membahas tentang pendidikan sebagai
suatu hak, pasal 31 juga mempertegas bahwa pendidikan (terutama pendidikan
dasar) merupakan kewajiban bagi setiap warga negara dan pemerintah wajib
membiayainya.
2.
Preserving
(Melestarikan)
Preserving berarti
melestarikan nilai, norma, budaya, dan budipekerti siswa dalam pendidikan. Ki
Hajar Dewantara mengartikan
pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani
anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang
selaras dengan alam dan masyarakatnya. Lebih lanjut beliau ( Kerja Ki Hajar Dewantara 1962:14)
menjelaskan bahwa “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti ( kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan
tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan
bagian-bagian itu, agar supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni
kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya”.
3.
Exploiting
(Memanfaatkan)
Exploiting dalam pendidikan
dapat diartikan dengan memanfaatkan/menggunakan berbagai hal yang ada di dunia
untuk dijadikan sebagai sarana dan media pembelajaran untuk menunjang
tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Di abad 21 ini penggunaan
teknologi dalam pendidikan telah menjadi kebutuhan setiap guru dan siswa, namun
penggunaanya harus dengan adanya pengawasan dari guru dan orang tua agar tidak
terjadinya penyalahgunaan teknologi yang dapat berakibat dalam mengabaikan
nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat,
4.
Transforming
(Transformasi)
Pendidikan transformatif
didasarkan pada paradigma konstruktivis yang mengaktualisir setiap individu
untuk dapat membangun pengetahuan melalui pengalaman mereka di dunia.
Pembelajaran transformatif berimplikasi pada proses perolehan pengetahuan yang
dikonstruksi secara sosial oleh sekelompok individu. Pembelajaran
transformatif sendiri mencoba untuk menumbuhka kesadaran individu tentang
dirinya sendiri sebagaimana terletak dalam kekuatan politik dan ekonomi yang
lebih besar. Tujuan pembelajaran transformatif bukan hanya untuk
mentransformasi pribadi, tetapi juga untuk mentransformasi sosial sehingga
individu dapat menjadi produsen kreatif bagi dirinya dan masyarakat serta
hubungan politik dan ekonomi.
5.
Liberating
(Membebaskan)
Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi merupakan buah dari kebebasan. Sebuah kebabasan memiliki arti
melepaskan jeratan dari berbagai belenggu. Pendidikan mengajarkan murid untuk
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, oleh karena itu pendidikan
harusnya melihat tentang kebutuhan murid, bukan malah menyamaratakan cara
berfikir mereka. Misalnya, diberikan kebebasan dalam menilai sesuai dengan
sudut pandangnya, kemudian dilanjutkan dengan dialog bersama gurunya. Dengan
demikian secara perlahan akan mengerti apa yang seharusnya ia lakukan.
Kebernaian-keberanian dalam menyampaikan pendapat seperti inilah salah satu
prinsip dari kebebasan yang akan melatih murid untuk bertanggung jawab dan
tidak terjerat dengan asumsi-asumsi pendidikan yang sudah tersetting.
Siswanto menulis dengan
judul Pendidikan Sebagai Paradigma Pembebasan (Telaah Filsafat Pendidikan Paulo
Freire). Siswanto menuliskan bahwa Paulo Freire menawarkan model pendidikan
baru yaitu model pendidikan pembebasan. Pembebasan sendiri bermakna
transformasi sebuah sistem realitas yang saling terkait dan kompleks, serta
reformasi beberapa individu untuk mereduksi berbagai konsekuensi negatif dari
sebuah perilaku. Langkah utama yang menentukan dalam upaya pendidikan
pembebasannya adalah penyadaran yang melekat dan merupakan proses inti dalam
keseluruhan proses pendidikan itu sendiri. Untuk mewujudkan hal tersebut,
kebiasaan pendidikan deskriptif diharapkan digeser ke arah pendidikan
dialogik-transformatif, agar pendidikan tidak dirasakan sebagai pendidikan yang
membelenggu. Pendidikan diharapkan dapat meghasilkan perubahan, baik perubaha
dalam kualitas berpikir, kualitas pribadi, kualitas sosial, kualitas
kemandirian dan kualitas kemasyarakatannya.
6.
Needs
(Kebutuhan)
Pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang akan memberikan kontribusi
sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam
menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membentuk bangsa.
Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan yang cerdas pula dan
secara progresif akan membentuk sebuah kemandirian. Masyarakat bangsa yang
demikian merupakan investasi yang besar untuk berjuang ke luar dari krisis dan
menghadapi era dunia global.
7.
Democracy
(Demokrasi)
Pendidikan demokratis merupakan pembelajaran yang
dibangun untuk mewujudkan lingkungan yang kritis dan aman, menghidupkan dialog,
dan keikusertaan seluruh pihak. Demokrasi pendidikan diwujudkan dalam
sekolah/pembelajaran demokratis. Sekolah demokratis dicirikan dengan
keterlibatan stakeholder (guru, murid, pimpinan sekolah, staf, dan orangtua
murid/masyarakat) dalam hal-hal yang berkaitan dengan tata kelola sekolah
(school governance) dan pembuatan keputusan pendidikan (sekolah) yang
seharusnya dipandu dengan nilai-nilai dan melalui proses yang demokratis.
Pendidikan bagi peserta didik adalah
bagaimana mereka mampu mengonstruksi pengetahuan mereka dan
mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus merusak
nilai-nilai budaya bangsa. Dalam kaitannya dengan konteks masyarakat
demokratis, pendidikan diharapkan menjadi instrumen yang mampu menghasilkan
warga negara yang bisa berperan aktif dalam menentukan bagaimana mereka bisa
hidup bersama-sama di tengah masyarakat; bukan proses pendidikan yang justru
menimbulkan narsisme, kegelisahan, perasaan tidak nyaman, penegasian, dan
ketidaksadaran terhadap nilai-nilai bersama.
Hakikat
penddikan yang paling tepat diterapkan di Indonesia adalah demokrasi
dan neeeds. Hal ini dikarenakan hakikat demokrasi
menjadikan pendidikan di Indonesia menjadi pembelajaran yang dibangun untuk mewujudkan lingkungan yang
kritis dan aman, menghidupkan dialog, dan keikusertaan seluruh pihak tanpa
perlu memikirkan adanya ancaman maupun tekanan dari pihak lain. Selain itu,
pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar dari setiap masyarakay
yang akan memberikan kontribusi sangat besar terhadap kemajuan bangsa Indonesia
dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana
dalam pembentukan bangsa Indonesia.
Aktivitas 3: The Nature of Mathematics (Hakikat Matematika)
Tujuan : Memahami berbagai hakikat
matematika
Materi : Masalah atau pertanyaan yang
diajukan, handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam sifat matematika:
1.
Body of
Knowledge
Body of knowledge
adalah seperangkat lengkap tentang konsep, istilah, dan kegiatan yang membentuk
domain para profesional, sebagaimana yang didefinisikan oleh masyarakat cendikia
atau asosiasi professional. Marsigit, dkk (2016) menyatakan bahwa ilmu menjadi
kumpulan pengetahuan standar dan nomenklatur yang diterima dan disepakati yang
berkaitan dengan bidang atau sebagai kumpulan persyaratan untuk professional
pada bidang tertentu.
Body of knowledge matematika
merupakan representasi pengetahuan dari serangkaian pengetahuan yang telah dimiliki.
Hal ini sejalan dengan pendapat Marsigit, dkk (2016) yang mengatakan
bahwamasyarakat Industrial Trainer menggunakan daftar pengetahuan umum atau
Body of Knowledge (BoK) berupa ilmu pengetahuan yang menunjang industri yang
dikembangkan guna mencapai tujuan, seperti meramu ilmu teknik, akuntansi,
hukum, komputer, dan sebagainya.
2.
Science
of Truth
Matematika merupakan
ilmu yang dianggap benar dan dipandang sebagai ilmu yang tetap dan mutlak
adanya. Marsigit, dkk (2016) menyatakan bahwa masyarakat Technological
Pragmatism mengunakan ilmu sebagai pengetahuan tentang kebenaran. Masyarakat
menggunakan ilmu pengetahuan yang produknya adalah teknologi karena berkaitan
dengan maksud, tujuan dan fungsi dalam praksis. Bagi dunia keilmuan, matematika
memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi
yang cermat dan tepat. Matematika dalam hubungannya dengan komunikasi ilmiah
mempunyai peran ganda, yakni sebagai ratu dan sekaligus sebagai pelayan ilmu.
Matematika sebagai ratu
sesuai dengan pendapat Sutrisman dan G. Tambunan dalam bukunya “Pengajaran
Matematika” yang dikutip oleh Abdul Halim Fathani dalam “Matematika Hakekat dan
Logika”, dimana Sutrisman dan G. Tambunan mengungkapkan bahwa matematika adalah
queen of science (ratunya ilmu). Sebagai ratu, matematika merupakan bentuk
tertinggi dari logika. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Bertrand Russell,
“Matematika dalah masa kedewasaan logika, sedangkan logika adalah masa kecil
matematika”. Berdasarkan perkembangannya, masalah yang dihadapi logika makin
lama makin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang lebih sempurna. Dalam
perspektif inilah, logika berkembang menjadi matematika.
Sedangkan di sisi lain,
matematika sebagai pelayan ilmu, matematika memberikan bukan saja sistem
pengorganisasian ilmu yang bersifat logis, tapi juga pernyataan-pernyataan
dalam model matematik. Matematika bukan saja menyampaikan informasi secara
jelas dan tepat, melainkan juga singkat. Suatu rumus yang jika ditulis dengan
bahasa verbal membutuhkan rentetan kalimat yang banyak sekali, dimana makin
banyak kata-kata yang dipergunakan makin besar pula peluang untuk terjadinya
salah informasi dan salah interpretasi, maka dalam bahasa matematika cukup
ditulis dengan model yang sederhana sekali. Dengan kata lain, ciri bahasa
matematika adalah bersifat ekonomis.
3.
Structure
of Truth
Marsigit, dkk (2016)
menyatakan bahwa masyarakat Old Humanis memandang ilmu pengetahuan sebagai
struktur kebenaran. Artinya, sesuatu yang dipahami, dipelajari, diketahui akan
dianggap sebagai ilmu, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan yang teruji
berdasarkan pola, aturan, premis-premis tertentu sehingga menjadi kesimpulan
atau keputusan yang valid. Matematika merupakan ilmu terstruktur yang
terorganisasikan. Hal ini karena matematika dimulai dari unsur yang tidak
didefinisikan, kemudian unsur yang didefinisikan ke aksioma/postulat dan akhirnya
pada teorema. Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur,
logis, dan sistimatis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada
konsep yang paling kompleks. Oleh karena itu untuk mempelajari matematika,
konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat, harus benar-benar dikuasai agar dapat
memahami topik atau konsep selanjutnya. Dalam pembelajaran matematika guru
seharusnya menyiapkan kondisi siswanya agar mampu menguasai konsep-konsep yang
akan dipelajari mulai dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Contoh
seorang siswa yang akan mempelajari sebuah volume kerucut haruslah mempelajari
mulai dari lingkaran, luas lingkaran, bangun ruang dan akhirnya volume kerucut.
Untuk dapat mempelajari topik volume balok, maka siswa harus mempelajari rusuk
/ garis, titik sudut, sudut, bidang datar persegi dan persegi panjang, luas
persegi dan persegi panjang, dan akhirnya volume balok.
4.
Process
of Thinking
Marsigit, dkk (2016)
menyatakan bahwa pendidik progresif berpeluang untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan sebagai proses berpikir sehingga produknya adalah kemajuan,
kreativitas, inovasi guna menghadapi tuntutan dan kebutuhan zaman. Konsep matematika
didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya
matematika. Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang
mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari.
Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu
(knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya
yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir).
Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu
pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih
menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil
eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran
manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran.
5.
Social
Activities
Marsigit, dkk (2016)
menyatakan bahwa interaksi manusia dalam kehidupan sosial berkorelasi dengan
perkembangan ilmu dan pengetahuan. Artiya, dengan adanya aktivitas sosial masyarakat
dapat melakukan pembelajaran matematika yang melibatkan kapasitas mental,
kognitf, emosional, dan keterampilan yang dimiliki untuk berinteraksi dengan
individu lainnya. Ernest (dalam Marsigit, 2016) menggungkapkan bahwa kemampuan matematika dipandang
terutama sebagai suatu konstruksi sosial, dengan dampak dari konteks sosial
memiliki peran penting dalam pengembangan individu, dan khususnya pada
manifestasi dari kemampuan.
Hakikat matematika yang paling tepat
diterapkan di Indonesia
adalah social activities. Di abad 21
ini matematika tidak hanya dipandang sebagai ilmu yang hanya menyajikan
rumus-rumus yang bersifat kaku, melaikan sebagai aktvitas sosial yang bisa
diterapkan konsep-konsep matematikanya dalam kehidupan sehari-hari.
Aktivitas 4: The Nature of School Mathematics
Tujuan : Memahami berbagai hakikay
matematika sekolah
Materi : Masalah atau pertanyaan yang
diajukan, handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam hakikat matematika sekolah:
1.
Search
for pattern and relation (mencari pola dan relasi)
Dalam pembelajaran matematika, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan pola-pola dan
untuk menentukan hubungan. Kegiatan dapat dilakukan melalui percobaan untuk
menemukan urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokan, dan sebagainya serta
memberi kesempatan siswa untuk menemukan hubungan antara pengertian satu dengan
yang lainnya.
2.
Problems
Solving (pemecahan masalah)
Guru berupaya mengembangkan pembelajaran sehingga menimbulkan
masalah matematika yang harus dipecahkan oleh siswa dengan menggunakan cara
mereka sendiri. Marsigit (2016) pada pemecahan masalah, siswa diharap
merumuskan persoalan ke dalam kalimat matematika, dan memecahkannya menggunakan
berbagai metode matematika. Siswa diharap dapat menerapkan suatu metode yang
telah digunakan kasus lain untuk memecahkan masalah yang sama. Kegiatan
pemecahan masalah melibatkan cara berpikir, rasa ingin tahu, rasa percaya diri
baik di dalam maupun di luar kelas.
3.
Investigation/Research
(investigasi/penelitian)
Amin, dkk (2015) menyatakan bahwa investigasi atau
penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa
untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasilnya
benar sesuai pengembangan yang dilalui/dilakukan oleh siswa itu sendiri.
Kegiatan belajarnya diawali dengan pemecahan soal-soal atau masalah-masalah
yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung
terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru, yang dalam
pelaksananya mengacu pada berbagai teori investigasi.
Dalam pembelajaran matematika, guru harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpikir berbeda menggunakan pola pikir mereka
sendiri sehingga menghasilkan penemuan mereka sendiri. Guru juga meyakinkan
siswa bahwa penemuan mereka bermanfaat walaupun terkadang kurang tepat dan
siswa diberi pengertian untuk selalu menghargai penemuan dan hasil kerja orang
lain.
4.
Communication
(komunikasi)
Guru harus berusaha menjadikan kegiatan pembelajaran
matematika yang memfasilitasi siswa mengenal dan dapat menjelaskan sifat-sifat
matematika. Guru juga diharapkan dapat menstimulasi siswa untuk dapat
menjadikan matematika sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Marsigit
(2016) komunikasi Matematika merupakan kegiatan untuk tukar menukar ide atau
gagasan agar siswa dapat melakukan klarifikasi dan pemahaman yang lebih
mendalam. Komunikasi Matematika dapat dilakukan dengan cara menulis,
menjelaskan secara lisan, atau menggunakan simbol atau gambar matematika.
Keempat hakikat matematika di sekolah tepat
diterapkan di Indonesia dengan guru menjadi fasilitator yang bertugas untuk memfasilitasi dan
membimbing siswa dalam menemukan pola dan hubungan dalam matematika, pemecahan
masalah-masalah matematika, investigasi matematis, dan komunikasi matematis.
Aktivitas 5: Moral of Mathematics Education
(Moral Pendidikan Matematika)
Tujuan : Memahami berbagai moral
pendidikan matematika
Materi : Masalah atau pertanyaan yang
diajukan, handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam moral pendidikan matematika:
1.
Good vs
Bad (baik vs buruk )
Moralitas adalah perilaku
yang berkaitan dengan aktivitas manusia yang baik/buruk, benar/salah, dan
sesuai dengan aturan yang diterima tentang batasan mana yang dianggap baik
dalam kaitannya dengan sikap seseorang terhadap orang lain. Moral pendidikan
matematika yang good disini maksudnya
sebagai guru dapat memberikan contoh yang baik kepada siswanya dalam proses
pembelajaran, sedangkan bad
menunjukkan pembelajaran yang dilakukan masih memfokuskan dalam hafalan dan
siswa tidak aktif. Ernest (1991) mengartikan bahwa guru-guru hanya mengambil
atau memilih orang-orang yang unggul, punya kelebihan dan yang terbaik,
sedangkan yang tidak berbakat itu akan ditinggalkan.
2.
Pragmatism
(pragmatisme)
Knight (dalam Wasitohadi
2012) Pragmatisme
memiliki tiga ciri, yaitu: (1) memusatkan perhatian pada hal-hal dalam
jangkauan pengalaman indera manusia, (2) apa yang dipandang benar adalah apa
yang berguna atau berfungsi, dan (3) manusia bertanggung jawab atas nilai-nilai
dalam masyarakat. Nilai-nilai dan moral menurut kaum pragmatism bersifat
relatif dan tidak ada prinsip-prinsip absolut yang dapat dipedomani.
Sebagaimana budaya berubah, demikian juga nilai-nilaipun berubah. Ini tidak
berarti bahwa moralitas tidak mengalami pasang surut dari hari ke hari, akan
tetapi ini berarti bahwa tidak ada aturan aksiologis yang dapat dianggap
sebagai hal yang mengikat secara universal.
3.
Hierarchies
Paternalistic (hirarki paternalitik)
Konsep paternalistik didasarkan pada
nilai-nilai timbal balik, pertimbangan, dan saling menghormati (Nurdin et al., 2020).
Nilai moral yang diajarkan guru sebagai orang tua kedua siswa di sekolah
memiliki peranan yang penting untuk membimbing siswa dalam pembelajaran di
kelas. Siswa dapat menghormati gurunya sebagaimana menghormati orang tuanya dan
guru diharpkan mampu untuk mendampingi dan mengawasi perubahan siswa ke arah
yang lebih baik.
4.
Humanity
(kemanusiaan)
Humanity dalam pendidikan
matematika ada pada prinsip kemanusiaan untuk saling menghargai dan menghormati.
Hubungan interaksi guru dan murid hendaknya dijaga dan dipertahankan dengan
baik sesuai nilai kemanusiaannya, karena apabila hubungan terjalin dengan baik
maka akan mempengaruhi hasil pembelajaran.
5.
Justice,
Freedom (keadilan, kebebasan)
Keadilan dan kebebasan dalam
moral pendidikan matematika sangat diperlukan dalam proses pembelajaran
matematika. Adil disini bukan berarti menyamaratakan kebutuhan dan keperluan
siswa, namun menyesuaikannya dengan kebutuhan masing-masing siswa. Sedangkan
kebebasan disini bukan bebas yang sebebas-bebasnya tanpa aturan, namun dengan
pembebasan yang masih dalam aturan yang sesuai dengan nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku.
Kelima
moral pendidikan matematika tepat diterapkan di Indonesia karena kelima
moral ini saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain dan sangat berguna
untuk membentuk siswa menjadi individu yang lebih baik lagi dari sebelumnya.
Aktivitas 6: Value Mathematics Education (Nilai
Pendidikan Matematika)
Tujuan : Memahami berbagai sifat nilai
pendidikan matematika
Materi : Masalah atau pertanyaan yang
diajukan, handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam nilai pendidikan matematika:
1.
Intrinsic
(instrinsik)
Nilai intrinsic adalah
nilai yang berasal dari dalam serta dipengaruhi oleh motivasi, keninginan,
minat, dan bakat yang dimililiki siswa. Marsigit (2011) jika seseorang
menguasai matematika hanya untuk dirinya maka pengetahuan matematikanya bersifat
intrinsik.
2.
Extrinsic
(ektrinsik)
Nilai extrinsic adalah nilai yang
berasal dari luar serta dipengaruhi oleh motivasi dari orang lain (guru, teman,
orang tua, dan lain sebagainya). Marsigit (2011) jika seseorang bisa menerapkan
matematika untuk kehidupan sehari-hari maka pengetahuan matematika bersifat
ekstrinsik.
3.
Systemic
(sistemik)
Marsigit (2011) jika seseorang
dapat mengembangkan matematika dalam kancah pergaulan masyarakat matematika
maka pengetahuan matematikanya bersifat sistemik. Jadi, ketika siswa telah bisa
mengembangkan matematika dan menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat maka
pengetahuan yang dimilikinya bersifat sistematik.
Nilai pendidikan matematika tepat diterapkan
di Indonesia
menurut saya adalah nilai sistematik
karena ketika pembelajaran matematika digunakan/diterapkan dalam kegiatan
bermasyarakat maka ilmu yang diperoleh oleh siswa benar-benar terasa
manfaatnya, bukan hanya sekedar ilmu yang hanya ada dalam tulisan dan pikiran
siswa semata.
Aktivitas 7: The Nature of Students (Sifat Siswa)
Tujuan : Memahami berbagai sifat siswa
Materi : Masalah atau pertanyaan yang
diajukan, handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam sifat siswa:
1.
Empty
Vessel (wadah koong)
Ernest (1991) menganggap siswa sebagai empety vessel (bejana kosong), yang artinya siswa tidak memiliki
ilmu pengetahuan dasar apapun. Dalam sifat siswa sebagai empety vessel dijadikan subjek dalam proses pembelajaran yang akan
diisi/dipenuhi oleh ilmu pengetahuan dari guru dan pengalaman-pengalaman yang
akan dilewati siswa di kehidupannya.
2.
Character
Building (membangun karakter)
Character building (membangun karakter) siswa berwujud
perkembanagan moral pengetahuan matematis, moral sikap, dan moral keterampilan
dari berbagai penilaian (Marsigit, dkk., 2016). Pembentukan kepribadian siswa
bertujuan untuk membentuk siswa yang memiliki pola pikir, sikap dan perilaku
yang bermoral dan berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-harinya. Hakikat siswa
dalam pembelajaran memang diharapkan untuk dapat membangun karakter siswa baik
dalam pembelajaran matematika atau yang lainnya (Ernest,1991).
3.
Creativity (kreativitas)
Pada era informasi saat
ini, di mana para siswa harus berkompetisi pada masyarakat global, para siswa
dituntut mempunyai kreativitas (creativity). Keterampilan kreativitas sebagai
karakter matematis dapat dipenuhi melalui perancangan desain pendidikan
matematika berbasis karakter, salah satu tujuanya juga untuk mendukung literasi
matematika (Marsigit, 2018). Kreativitas dalam pembelajaran matematika
merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan siswa mampu
berpikir kreatif, yaitu memecahkan banyak masalah matematika berdasarkan metode
yang berbeda, tidak hanya satu metode untuk menjawab.
4.
Growing
like a seed constructing (tumbuh seperti membangun benih)
Petani berusaha untuk dapat menumbuhkan benih di sawah lalu dirawatnya
agar bisa tumbuh dan berkembang dengan sehat. Petani disini adalah guru,
benihnya adalah murid, dan sawahnya adalah sekolah. Seperti halnya seorang
oetani, guru mengajarkan dan memberikan nilai-nilai moral kepada siswa di
sekolah dengan harapan bisa menjadikan siswa individu yang pintar secara
kognitif, berkarakter dan berakhlak mulia.
Keempat sifat siswa haruslah ada dalam diri siswa karena keempat
sifat ini saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain dan sangat berguna
untuk membentuk siswa menjadi individu yang lebih baik lagi dari sebelumnya.
Aktivitas 8: The Nature of Students’ Ability (Sifat Kemampuan Siswa)
Tujuan : Memahami berbagai sifat kemampuan
siswa
Materi : Masalah atau pertanyaan yang
diajukan, handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam sifat kemampuan siswa:
1.
Talent given
Sebagai makhluk pribadi
maka setiap siswa memiliki potensi karakter tertentu sebagai bakat atau bawaan,
baik yang sudah berkembang maupun belum terlihat (Marsigit, 2018). Bakat tidak
sama dengan kemampuan, bakat merupakan fitrah yang dimiliki sedangkan kemampuan
merupakan hasil dari latihan atau pembelajaran yang dilakukan.
2.
Effort
(upaya)
Seiring dengan upaya
siswa membuat komitmen dan rencana, siswa menambah pengetahuan, memperkuat kemampuan
dan nilai berpikirnya. Upaya siswa dalam mathematical thinking tergantung pada
bagaimana mereka tertarik dalam pemecahan masalah atau materi pelajaran yang
diberikan (Marsigit, 2018). Untuk menguasai materi pelajaran siswa harus
melewati usaha yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan
keinginan, tidak ada cara instan dalam mendapatkan kemampuan yang diinginkan.
3.
Need
(membutuhkan)
Needs atau kebutuhan bisa menjadi pondasi / landasan awal bagi siswa
untuk meningkatkan kemampuannya. Misalnya ketika siswa pergi ke sekolah karna
kebutuhan, maka siswa tersebut dituntut untuk mampu mengusai mata pelajaran
yang ada di sekolah.
4.
Competency
(kompetensi)
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direflesikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang ditentukan
oleh faktor intelekttual serta fisik yang dimiliki.
5.
Culture
(budaya)
Budaya merupakan suatu
cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang,
dan diwariskan dari generasi ke generasi. Ernest dalam (Marsigit, 2018) matematika
sekolah tidak harus dilihat sebagai pengetahuan eksternal yang dipaksakan di
mana siswa merasa terasing. Sebaliknya itu harus tertanam dalam budaya siswa
dan realitas situasi mereka, melibatkan mereka dan memungkinkan mereka belajar
sebagai aktivitas rutin.
Pengetahuan matematis
sekolah dan sikap matematis siswa dikonstruksi dalam budaya belajar sebagai
aktivitas rutin dan terhubung dengan kehidupan sehari-hari sehingga akan
menumbuhkan karakter-karakter yang positif, seperti: bertindak kritis,
obyektif, kreatif; kepekaan terhadap masalah (berpikir logis, analitis); mampu
menyusun dan melakukan langkah-langkah pemecahan masalah; rasa ingin tahu,
menolong, bekerja sama; keinginan untuk bersungguh-sungguh, jujur, disiplin
dalam melakukan sesuatu, dan karakter-karakter lainnya (Marsigit, 2018).
6.
Contextual
(kontekstual)
Kemampuan siswa untuk mengalami sendiri atau menerapkan pembalajaran
dalam kehidupan sehari hari merupaka kemampuan kontekstuak yang dimili oleh
siwa.
Keenam sifat kemampuan siswa tepat untuk diterapkan
di Indonesia karena
keenam sifat kemampuan siswa ini saling berhubungan dan berkaitan satu sama
lain dan sangat berguna untuk membentuk siswa menjadi individu yang lebih baik
lagi dari sebelumnya.
Aktivitas 9: The Aim of Mathematics Education (Tujuan Pendidikan
Matematika)
Tujuan : Memahami berbagai tujuan
pendidikan matematika
Materi : Masalah atau pertanyaan yang diajukan,
handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam tujuan pendidikan matematika:
1.
Back to
Basic: Arithmetics
Tujuan pendidikan matematika
ini memunculkan anggapan bahwa suksesnya pembelajaran matematika ditandai
dengan mampu melakukan perhitungan secara cepat dan cepat.
2.
Certification
(sertifikasi)
Setiap jenjang, akan
mengajarkan kemampuan yang berbeda sehingga pola pikir ini mengakibatkan adanya
perbedaan antara seorang anak yang telah diajarkan dasar-dasar ilmu matematika
dibanding anak yang belum bahkan yang tidak diajarkan sama sekali.
3.
Transfer
of knowledge (transfer pengetahuan)
Sebagai sebuah proses
transfer pengetahuan pada proses pembelajaran, penguasaan materi pembelajaran
oleh sang guru tidak menjamin bahwa pembelajaran akan berhasil. Hal ini
dikarenakan penguasaan materi pembelajaran hanyalah salah satu aspek yang harus
dipenuhi oleh seorang guru agar dapat mengajar dengan lancar dan tidak
membingungkan siswa saat menghadapi kesulitan.
4.
Creativity
(kreatifitas)
Pada era informasi saat
ini, di mana para siswa harus berkompetisi pada masyarakat global, para siswa
dituntut mempunyai kreativitas (creativity). Keterampilan kreativitas sebagai
karakter matematis dapat dipenuhi melalui perancangan desain pendidikan
matematika berbasis karakter, salah satu tujuanya juga untuk mendukung literasi
matematika (Marsigit, 2018). Kreativitas dalam pembelajaran matematika
merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan siswa mampu
berpikir kreatif, yaitu memecahkan banyak masalah matematika berdasarkan metode
yang berbeda, tidak hanya satu metode untuk menjawab.
5.
To
develop people comprehensively (mengembangkan individu secara menyeluruh)
Pembelajaran matematika
seharusnya tidak hanya untuk mencapai tujuan dalam ranah kognitif, tetapi juga
untuk mencapai tujuan dalam ranah afektif dan psikomotor. Artinya, pembelajaran
matematika yang baik tidak hanya dimaksudkan untuk mencerdaskan siswa, tetapi
juga dimaksudkan untuk menghasilkan siswa yang berkepribadian baik.
Tujuan
pendidikan matematika yang tepat diterapkan di Indonesia menurut saya adalah to develop people comprehensively (mengembangkan individu secara
menyeluruh) karena pembelajaran matematika erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari dan tidak terfokus hanya pada pengetahuan yang dimiliki siswa saja.
Aktivitas 10: Nature of Learning (Sifat Pembelajaran)
Tujuan : Memahami berbagai sifat pembelajaran)
Materi : Masalah atau pertanyaan yang
diajukan, handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam sifat sifat pembelajaran:
1.
Work
Hard, Exercises, Drill, Memorize (kerja keras, latihan, pengulangan, hafalan)
Work hard adalah kegiatan yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh demi mencapai tujuan yang diinginkan. Pembelajaran
matematika yang diiringi dengan sifat bekerja keras sangat dianjurkan untuk
mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, dikarenakan siswa akan terus
berusaha keras untuk meningkatkan kemampuannya dalam belajar.
Exercises merupakan kegiatan yang dilakukan
secara berulang-ulang guna meningkatkan kemampuan seseroang. Dalam pembelajaran
matematika, latihan memberikan siswa kesempatan untuk memahami kembali apa yang
telah dipelajari.Drill memiliki ciri khas yaitu melakukan perulangan
berkali-kali pada materi yang sama dengan tujuan siswa dapat menjadi mahir dan
terampil dengan adanya pengulangan latihan dan dengan adanya bimbingan dari
guru dan pembekalan pengetahuan secara teoritis.
Jika
siswa menghafalkan informasi atau materi baru tanpa mengkaitkannya dengan
pengetahuan yang telah dimilikinya, maka dikatakan terjadi belajar dengan hafalan
(Gazali, 2016). Menghafal konsep-konsep/fakta-fakta/rumus-rumus yang dilakukan
siswa akan masuk kedalam working memory dan
tersimpan dalam long-term memory jika
terus dilakukan secara berulang, namun kelemahannya jika tidak ada stimulus
untuk mengingatnya, dengan seiring berjalannya waktu maka akan hilang/lupa
dengan sendirinya
2.
Thinking
And practice (berfikir dan berlatih)
Pada kegiatan pembelajaran
matematika siswa memikirkan informasi yang diberikan dan mempraktekannya untuk
memecahkan dan menemukan solusi dalam permasalahan yang diberikan.
3.
Understanding
and Application (pemahaman dan aplikasi)
Pemahaman (understanding) didapat oleh siswa ketika
telah melalui proses berpikir. Pada proses pembelajaran matematika materi yang
diberikan guru terhadap siswa harus disesuaikan dengan kempuan pemahaman yang
dimiliki oleh siswa.
Pengaplikasian materi oleh
siswa dalam pembelajaarn matematika membuktikan bahwa siswa telah benar-benar
memahami materi yang dipelajari.
4.
Exploration
(menjelakan)
Pembelajaran yang bersifat
eksplorasi tidak hanya berfokus pada bagaimana mentransfer dan menerima ilmu
pengetahuan, tetapi lebih kepada bagaimana siswa ikut terlibat dalam proses
pembelajaran itu sendiri.
5.
Discussion,
Autonomy, Self (diskusi, otonomi, diri)
Diskusi adalah cara penyajian pengajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan
kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama (Djamarah & Zain, 2002).
Metode ini merupakan metode yang tepat untuk meningkatkan kualitas interaksi
antar siswa.
Autonomy merupakan kegiatan pembelajaran yang secara tidak langusung
telah ikut melibatkan siswa dalam penentuan arah pembelajaran yang
dilaksanakan.
Self (diri sendiri) dalam pembelajaran matematika mengartikan bahwa
siswa dapat mengatur/mengontrol sendiri system kemampuan belajarnya sendiri
tanpa bergantung terhadap orang disekitarnya.
Keempat sifat pembelajaran tepat untuk diterapkan
di Indonesia karena
keeempat sifat pembelajaran ini saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain
dan sangat berguna untuk membentuk siswa menjadi individu yang lebih baik lagi
dari sebelumnya.
Aktivitas 11: Nature of Teaching (Sifat Pengajaran)
Tujuan : Memahami berbagai sifat pengajaran
Materi : Masalah atau pertanyaan yang
diajukan, handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam sifat pengajaran:
1.
Transfer
of knowledge (transfer pengetahuan)
Sebagai sebuah proses
transfer pengetahuan pada proses pembelajaran, penguasaan materi pembelajaran
oleh sang guru tidak menjamin bahwa pembelajaran akan berhasil. Hal ini
dikarenakan penguasaan materi pembelajaran hanyalah salah satu aspek yang harus
dipenuhi oleh seorang guru agar dapat mengajar dengan lancar dan tidak
membingungkan siswa saat menghadapi kesulitan.
2.
External
Motivation (motivasi eksternal)
Motivasi dari luar berarti mengajar merupakan dorongan untuk mempermudah
siswa untuk menambah dan memperbaharui wawasan serta pengetahuan siswa.
3.
Internal
Motivation (motivasi internal)
Pengajaran terjadi dengan adanya dorongan pada keinginan sendiri agar
guru ataupun peserta didik secara mandiri dapat menentukan tujuan yang dapat
dicapainya untuk mencapai tujuan belajar
4.
Construction
(konstruki)
Konstruksi pengetahuan berkaitan erat dengan hubungan proses
pembelajaran guru pada siswa untuk membantu mempermudah peserta didik dalam membangun
pengetahuannya sendiri dalam pembelajaran matematika.
5.
Discussion
(diskusi)
Metode diskusi adalah cara penyajian pengajaran, dimana siswa-siswa
dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan
yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama (Djamarah &
Zain, 2002). Metode ini merupakan metode yang tepat untuk meningkatkan kualitas
interaksi antar siswa.
6.
Investigation
(investigasi)
Sifat pengajaran investigasi melatih siswa untuk mengemukakan ide atau
gagasan mereka kepada teman satu kelompok, selain itu siswa dilatih
menerjemahkan bahasa atau istilah kehidupan sehari-hari kedalam simbol
matematika.
7.
Development
(perkembangan)
Sifat pengajaran development berkaitan dengan bagaimana guru
mengembangkan aspek-aspek yang terdapat dalam diri siswa. Guru diharapkan mampu
untuk membimbing siswa untuk bertahap melalui proses perkembangan berpikir dan
intelektualnya menjadi lebih matang pada saat pembelajaran
8.
Facilitating
(memfasilitasi)
Pengajaran matematika menjadi fasilitas bagi siswa untuk
mendapatkan/menambah pengetahuan baru dan meberikan kesempatan kepada siswa
untuk bisa lebih mengontrol sendiri proses pembelajarannya. Peran guru hanya
sebagai fasilitator dan pemberi dukungan-dukungan yang bisa mempermudah siswa
dalam proses pembelajaran
9.
Expository
(menjelaskan)
Pengajaran expositori adalah pengajaran yang dilakukan dengan cara
menyampaikan materi pembelajaran secara verbal dengan materi pelajaran yang
sudah jadi berupa konsep tertentu yang harus dihafalkan sehingga tidak menuntut
siswa untuk berpikir sendiri serta hanya berorientasi terhadap penguasaan
terhadap materi pembelajaran.
Kesembilan sifat pengajaran tepat untuk diterapkan
di Indonesia karena
kesembilan sifat pengajaran ini saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain
dan sangat berguna untuk membentuk siswa menjadi individu yang lebih baik lagi
dari sebelumnya.
Aktivitas 12: Theory of Teaching Mathematics (Teori Pengajaran
Matematika)
Tujuan : Memahami berbagai teori
pengajaran matematika
Materi : Masalah atau pertanyaan yang
diajukan, handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam teori pengajaran matematika:
1.
Expository
(menjelaskan)
Pembelajaran expositori adalah pembelajaran yang dilakukan dengan cara
menyampaikan materi pembelajaran secara verbal dengan materi pelajaran yang
sudah jadi berupa konsep tertentu yang harus dihafalkan sehingga tidak menuntut
siswa untuk berpikir sendiri serta hanya berorientasi terhadap penguasaan
terhadap materi pembelajaran.
2.
Problem
Solving (pemecahan masalah)
Pemecahan masalah
merupakan suatu proses untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi untuk
mencapai tujuan yang diharapkan (Sumartini, 2016). Dalam pengajaran matematika,
kemampuan pemecahan masalah harus dimiliki oleh siswa untuk menyelesaikan
soal-soal yang berbasis masalah. Pemberian soal yang berbasis masalah
diharapkan bisa membuat pemikiran siswa terbiasa untuk memecahkan masalah di
dalam kehidupan sehari-hari secara mandiri.
3.
Memorize (menghafal)
Jika siswa menghafalkan
informasi atau materi baru tanpa mengkaitkannya dengan pengetahuan yang telah
dimilikinya, maka dikatakan terjadi belajar dengan hafalan (Gazali, 2016).
Menghafal konsep-konsep/fakta-fakta/rumus-rumus yang dilakukan siswa akan masuk
kedalam working memory dan tersimpan
dalam long-term memory jika terus
dilakukan secara berulang, namun kelemahannya jika tidak ada stimulus untuk
mengingatnya, dengan seiring berjalannya waktu maka akan hilang/lupa dengan
sendirinya.
4.
Drill
(latihan)
Ciri khas dari keterampilan ini adalah melakukan perulangan berkali-kali
pada materi yang sama dengan tujuan siswa dapat menjadi mahir dan terampil
dengan adanya pengulangan latihan dan dengan adanya bimbingan dari guru dan
pembekalan pengetahuan secara teoritis.
5.
Discussion
(diskusi)
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa
dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan
yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama (Djamarah &
Zain, 2002). Metode ini merupakan metode yang tepat untuk meningkatkan kualitas
interaksi antar siswa.
6.
Practical
Work (kerja praktik)
Practical
work mengarahkan siswa pada prosedur kerja yang sistematis melalui proses yang
terencana dalam kegiatan pembelajaran.
7.
Development
(perkembangan)
Teori pengajaran development berkaitan dengan bagaimana guru
mengembangkan aspek-aspek yang terdapat dalam diri siswa. Guru diharapkan mampu
untuk membimbing siswa untuk bertahap melalui proses perkembangan berpikir dan
intelektualnya menjadi lebih matang pada saat pembelajaran.
8.
Facilitating
(memfasilitasi)
Pengajaran matematika menjadi fasilitas bagi siswa untuk mendapatkan/menambah
pengetahuan baru dan meberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa lebih
mengontrol sendiri proses pembelajarannya. Peran guru hanya sebagai fasilitator
dan pemberi dukungan-dukungan yang bisa mempermudah siswa dalam proses
pembelajaran.
Teori pengajaran matematika tepat diterapkan
di Indonesia
menurut saya adalah problem solving karena akan berdampak pada
pengembangan diri siswa dalam memecahkan permasalahan untuk bekal di kehidupan
bermasyarakat.
Aktivitas 13: The Nature of Teaching and Learning (Sifat Mengajar dan
Belajar)
Tujuan : Memahami berbagai sifat mengajar
dan belajar
Materi : Masalah atau pertanyaan yang
diajukan, handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam sifat mengajar dan belajar:
1.
White
Board, Chalk, And Calculator (papan tulis, kapur, dan kalkulator)
Papan tulis merupakan salah satu benda yang keberadaannya sangat penting
dalam proses belajar mengajar, misalnya dalam sebuah ruang kelas sebagai salah satu
alat yang penting peranannya untuk media menuliskan materi pembelajaran
(Yuliarty, 2008). Penggunaan papan tulis sampai saat ini masih dipilih oleh
guru sebagai media untuk memberikan materi, memberikan contoh, dan menguji
pemahaman siswa melalui pengerjaan permasalahan matematika yang diberikan.
Untuk menulis di papan tulis guru/murid menggunakan kapur/spidol.
Kalkulator merupakan alat bantu hitung elektronik yang masih
sederhana dibandingkan dengan komputer.
Kalkulator dapat membantu seseorang untuk yang mengalami kesulitan dalam menghitung.
Kalkulator juga memiliki fungsi sebagai eksplorasi (jelajah), komputasi
(penyelesaian masalah melalui algoritma), afirmasi (benar/salah), dan
representasi (bentuk lain). Hal ini membuat pendidik mencoba menggunakan
kalkulator sebagai media dalam pembelajaran guna membantu peserta didik
memahami konsep tertentu (Palma, 2020).
2.
Teaching
Aid Visual (alat bantu pengajaran visual)
Penggunaan media visual dalam pengajaran bertujuan untuk memperjelas
materi yang akan disampaikan kepada siswa dan juga menarik perhatian siswa
untuk memperhatikan materi yang disampaikan, sehingga motivasi dalam belajar
meningkat.
3.
Teaching
Aid for motivation (alat bantu pengajaran untuk motivasi)
Alat
bantu mengajar/alat praga adalah alat-alat yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan bahan ajar berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu dalam
proses kegiatan pembelajaran.Various resources/ environment (berbagai umber
daya/lingkungan)
4.
Social
Environment (lingkungan sosial)
Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber pembelajaran akan menumbuhkan rasa
cinta lingkungannya sendiri. Adanya permasalahan sosial environment menjadikan
siswa melakukan investigasi dan diskusi untuk mengkontruksi pengetahuannya.
Sifat mengajar dan belajar yang paling tepat untuk
diterapkan dalam
pembelajaran matematika menurut saya adalah perpaduan seluruh sifat karena
keempat sifat pengajaran dan belajar ini saling berhubungan dan berkaitan satu
sama lain dan sangat berguna untuk membentuk siswa menjadi individu yang lebih
baik lagi dari sebelumnya.
Aktivitas 14: The Nature of Assessment (Sifat Penilaian)
Tujuan : Memahami berbagai sifat penilaian
Materi : Masalah atau pertanyaan yang
diajukan, handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam sifat penilaian:
1.
External
Test (tes eksternal)
Tes merupakan alat ukur yang
sering digunakan oleh guru untuk melakukan asesmen pembelajaran terhadap siswa disamping
penggunaan alat ukur lainnya. Penilaian dengan menggunakan tes biasanya
digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa.
2.
Portfolio
(portofolio)
Penilaian portofolio berguna dalam memberikan informasi
evaluasi formatif untuk pengembangan program. Kualitas pekerjaan siswa dalam
portofolio sangat tergantung pada kualitas tugas yang diberikan dan juga pada
tingkat instruksional (Marsigit, dkk., 2016). Penilaian
dengan menggunakan portofolio biasanya digunakan untuk mengukur keterampilan
yang dimiliki oleh siswa.
3.
Social
(sosial)
Penilaian sikap sosial
berhubungan dengan perilaku siswa dalam interaksi sosial. Penilaian sikap
merupakan bagian dari pembinaan dan pembentukkan sikap spiritual dan sosial
siswa yang menjadi tugas dari setiap guru
4.
Contextual
(kontekstual)
Dalam aspek kognitif
asesmen dapat dilakukan berbasis tes, namun dalam aspek karakter lebih
kontekstual jika pencatatan autentik berbasis pengamatan, penugasan unjuk
kerja, portofolio, penilaian rekan sebaya, penilaian guru, penilaian orang tua,
dan penilaian diri, serta wawancara (Marsigit, dkk., 2016).
Sifat
penilaian yang paling tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika menurut saya adalah perpaduan seluruh sifat karena keempat sifat penilaian ini saling berhubungan dan
berkaitan satu sama lain dan sangat berguna untuk membentuk siswa menjadi
individu yang lebih baik lagi dari sebelumnya.
Aktivitas 15: The Nature of Society (Sifat Sosial)
Tujuan : Memahami berbagai sifat sosial
Materi : Masalah atau pertanyaan yang
diajukan, handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam sifat sosial:
1.
Diversity
(keanekaragaman)
Dalam pembelajaran, keberagaman berarti siswa dan guru bersama-sama
menerima masukan dan pendapat yang beragam untuk kemajuan pembelajaran dan
mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama.
2.
Monoculture
(monokurtur)
Monokultural adalah kesatuan yang bersifat normatif diantara masyarakat
yang dituntut untuk menggunakan cara yang sama, saling memahami dan berbagi
aspirasi serta tidak memunculkan pluralism.
3.
Decentralisation
(desentralisasi)
Desentralisasi
pendidikan adalah penyerahan kekuasaan pemerintah kepada daerah dalam bidang
pendidikan (Pradana, 2015). Maksudnya, adanya pemindahan atau penyerahan
kewenangan untuk melaksanakan suatu system pendidikan kepada yang lebih rendah
kedudukannya.
4.
Competency
(kompetensi)
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direflesikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang ditentukan
oleh faktor intelekttual serta fisik yang dimiliki.
5.
Multiple
Solution (solusi ganda)
Manusia tidak lepas dari masalah atau konflik dalam kehidupan
sehari-harinya. Namun untuk setiap permasalahan, pasti ada jalan keluar atau
penyelesaian. Kita sebagai manusia harus bisa memikirkan ribuan cara dan jalan
keluar dari masalah yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat.
6.
Heterogeneous
(heterogen)
Heterogen berarti bahwa siswa terdiri dari berbagai macam tipe dan
karakter yang membadakan satu dan yang lainnya.
7.
Social
Capital (modal sosial)
Kapital sosial meliputi
sumber daya sosial
seperti jaringan, kepercayaan,
nilai, dan norma serta
kekuatan menggerakkan, dalam
struktur hubungan social untuk mencapai tujuan individual dan
atau kelompok secara efisien dan efektif dengan capital lainny.
8.
Local
Culture (budaya lokal)
Budaya lokal merupakan budaya yang dimiliki suatu bangsa hasil penurunan
dari suatu generasi ke genersi lainnya. Budaya yang dimiliki oleh setiap Negara
pasti memiliki perbedaan dikarenakan keadaan sosial dan budaya yang berbeda-beda.
Aktivitas 16: The Nature Curriculum (Sifat Kurikulum)
Tujuan : Memahami berbagai sifat kurikulum
Materi : Masalah atau pertanyaan yang
diajukan, handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam sifat kurikulum:
1.
Instrument
Curriculum (kurikulum instrumen)
Guru sebagai penerima atau
pemakai kurikulum, artinya guru tidak dilibatkan dalam pembuatan kurikulum
tersebut. Dalam kurikulum ini bahan ajar dan tujuan tersusun secara terstuktur
dan jelas, namun dominasi guru dalam pembelajaran sangat kuat, sedangkan siswa
diposisikan sebagai sesorang yang dapat dimanipulasi.
2.
Subject-based
Curriculum (kurikulum berbasis mata pelajaran)
Desain kurikulum yang memiliki sifat subject-based curriculum (kurikulum
berbasis mata pelajaran) berpusat/berfokus hanya pada mata pelajaran tertentu
saja.
3.
Integrated
Curriculum (kurikulum terintegrasi)
Kurikulum terpadu, berarti bahwa
kurikulum ini menyajikan mata pelajaran secara terpadu yang artinya terdapat
kepaduan antar mata pelajaran dalam kurikulum tersebut.
4.
Knowledge
Based Curriculum (kurikulum berbasis pengetahuan)
Desain kurikulum yang memiliki
sifat knowledge based curriculum (kurikulum berbasis pengetahuan) berpusat/berfokus
terhadap bagaimanan pengetahuan membangun tentang cara kerja berbagai disiplin
ilmu.
5.
Competency-based
Curriculum (kurikulum berbasis kompetensi)
Desain kurikulum yang memiliki
sifat competency-based curriculum (kurikulum berbasis kompetensi) berpusat/berfokus
terhadap penentuan kompetensi yang akan dicapai dalam proses pembelajaran.
6.
Individual
Curriculum (kurikulum individu)
Teori/konsep/sistem pendidikan tidak semuanya bisa digeneralkan atau di
universalkan kepada semua peserta didik (siswa). Banyak teori lahir adalah
adanya upaya melakukan penyamarataan (generalisasi) terhadap semua objek yang
diteliti. Mengambil sampel kemudian mengeneralkan ke smua populasi. Padalah
kemungkinan seluruh populasi berbeda dengan keadaan sampel yang diteliti adalah
masih terbuka lebar. Setiap orang punya pola sendiri, metode, sistem, cara atau
apalah namanya, untuk menguasai pengetahuan tertentu. Kurikulum atau sistem
pendidikan hanya upaya menjeneralkan semua siswa atau pendidikan, padahal
kondisi semua siswa tidak selamanya mereka ketahui.
7.
Interactive
Curriculum (kurikulum interaktif)
Interactive Curriculum
berorientasi dengan menganggap siswa sebagai bagian dari lingkungan sosial
sehingga siswa perlu mempelajari bidang-bidang keilmuan secara terpadu
8.
ICT
Based Curriculum (kurikulum berbasis TIK)
Sifat kurikulum ICT Based
Curiculum adalah kurikulum yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi berdasarkan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
Aktivitas 17: The Nature Students’ Learn Mathematics (Sifat Siswa
Belajar Matematika)
Tujuan : Memahami berbagai sifat siswa
belajar matematika
Materi : Masalah atau pertanyaan yang
diajukan, handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam sifat siswa belajar matematika sekolah:
1.
Individual (individu)
Individual (individu) merupakan manusia
yang hidup berdiri sendiri. Dalam sifat siswa belajar matematika maksudnya
adalah siswa mengandalkan kemampuan sendiri secara maksimal untuk belajar
matematika.
2.
Competition
(kompetisi)
Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas melaksanakan tugas-
tugas di bidang pekerjaan tertentu.
3.
Motivation
(motivasi)
Motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul baik dari dalam
maupun dari luar diri siswa, yang mampu menimbulkan semangat dan
kegairahan belajar serta
memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga
tujuan yang dikehendaki tercapai.
4.
Readiness
(kesiapan)
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu untuk
menanggapi dan mempraktekkan suatu kegiatan yang mana sikap tersebut memuat
mental, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki dan dipersiapkan selama
melakukan kegiatan tertentu.
5.
Scaffolding
(perancah)
Scaffolding ini merupakan teknik dimana peserta didik diberi tanggung
jawab yang lebih besar dalam proses pembelajaran, sehingga mereka akan memiliki
pemahaman yang lebih baik.
6.
Collaborative
(kolaboratif)
Pembelajaran kolaboratif merupakan sebuah proses di mana peserta didik
pada berbagai tingkat kemampuan (kinerja) bekerja sama dalam kelompok kecil
menuju tujuan bersama.
7.
Constructing
(membangun)
Constructing (membangun) berarti dalam pembelajaran, mengindikasikan
bahwa siswa diberikan kebebasan untuk mengkonstruksi atau membangun
pengetahuannya sendiri berkaitan dengan materi yang diajarkan.
8.
Contextual
(konstektual)
Konstektual mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata, siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
9.
Enculturing
(membudayakan)
Dalam pembelajaran matematika, enkulturasi merupakan sebuah kolaborasi
antara matematika dan budaya sehingga tercipta sebuah pemikiran yang baik
seperti halnya etnomatematika.
Sifat siswa belajar matematika yang paling tepat
untuk diterapkan dalam
pembelajaran matematika menurut saya adalah perpaduan seluruh sifat karena
kesembilan sifat siswa belajar matematika ini saling berhubungan dan berkaitan
satu sama lain dan sangat berguna untuk membentuk siswa menjadi individu yang
lebih baik lagi dari sebelumnya.
Aktivitas 18: The Nature Mathematical Thinking (Sifat Berpikir
Matematika)
Tujuan : Memahami berbagai sifat berpikir matematika
Materi : Masalah atau pertanyaan yang
diajukan, handout dan referensi pendukung
Pertanyaan/Masalah:
Berikut
macam-macam sifat berpikir matematika:
1.
Subjective
(subjektif)
Subjektif adalah sikap yang mengacu kepada keadaan di mana seseorang
berfikiran relatif, hasil dari menduga duga, berdasarkan perasaan tau selera.
Sikap subjektif adalah suatu sikap yang berdasarkan pada pandangan atau
perasaan pribadi mengenai suatu hal.
2.
Objective
(objektif)
Objektif dalam keilmuan berarti upaya-upaya untuk menangkap sifat
alamiah (empiris) sebuah objek yang sedang diteliti/ dipelajari dengan suatu
cara di mana tidak tergantung pada fasilitas apapun dari subjek yang
menyelidikinya. Keobjektifan pada dasarnya tidak berpihak, di mana sesuatu
secara ideal dapat diterima oleh semua pihak, karena pernyataan yang diberikan
terhadapnya bukan merupakan hasil dari asumsi (kira-kira), prasangka, ataupun
nilai-nilai yang dianut oleh subjek tertentu.
3.
Producing
(memproduksi)
Berpikir produktif merupakan kemampuan berpikir yang dapat membantu
pebelajar belajar mandiri tentang apa yang dibutuhkan atau yang diinginkan.
Oleh sebab itu, pembelajaran sangat penting memberikan penekanan pada
peningkatan kemampuan berpikir produktif.
4.
Reflecting
(mencerminkan)
Kemampuan berpikir reflektif merupakan suatu kemampuan untuk
menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya dengan pengetahuan sebelumnya
sehingga diperoleh suatu kesimpulan untuk menyelesaikan permasalahan yang baru.
Sehingga kemampuan berpikir sangat tepat dalam memecahkan masalah matematika.
Selain itu, kemampuan berpikir reflektif dituntut harus cermat dan teliti dalam
memahami suatu materi maupun suatu masalah.
5.
Critizising
(mengkritik)
Berpikir kritis matematis merupakan sebuah kemampuan untuk berpikir
matematis secara rasional dan tertata yang bertujuan untuk memahami hubungan
antara ide dan/atau fakta.
6.
Constructing
(membangun)
Constructing (membangun) berarti dalam pembelajaran, mengindikasikan
bahwa siswa diberikan kebebasan untuk mengkonstruksi atau membangun
pengetahuannya sendiri berkaitan dengan materi yang diajarkan.
7.
Social
Activity (aktifitas sosial)
Aktivitas
sosial merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dengan masyarakat di lingkungan
sekitar. Siswa yang memiliki sifat berpikir matematika sosial activity dapat
membaur dengan masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya.
8.
Attitude
(sikap)
Sikap merupakan tanggapan reaksi seseorang terhadap objek tertentu yang
bersifat positif atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa suka
atau tidak suka, setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek tertentu.
9.
Content
(isi)
Konten atau isi dari pembelajaran sangat berpengaruh dalam pendidikan,
dikarenakan konten atau informasi itu dapat diperoleh dari manapun kapanpun.
Hal ini sangat berpengaruh dalam pembelajaran matematika, karena konten yang
efisien dan terjangkau sehingga siswa dapat belajar apa saja kapan saja, di
mana saja.
10.
Method
(metode)
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk
mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
11.
Conjecture
(dugaan)
Konjektur adalah “suatu pernyataan yang belum dapat dibuktikan secara
matematis, namun memiliki bukti-bukti empiris dalam bentuk kasus-kasus dan
contoh”. Konjektur dapat berupa dugaan terhadap suatu permasalahan.
12.
Embodiment
(perwujudan)
Dalam ranah pendidikan, embodiment adalah sebuah kegiatan yang dilakukan
oleh guru untuk membuat siswa mengerti apa yang ingin disampaikan oleh guru.
Dikatakan sebuah materi disampaikan guru dengan baik berarti materi harus
dinyatakan dalam berbagai penyajian (multiple embodiment), sehingga anak-anak
dapat bermain dengan bermacam-macam material yang dapat mengembangkan minat
anak didik dan dapat mempermudah proses pengklasifikasian abstraksi konseptual
siswa.