Saturday, August 27, 2016

analisis novel laila maznun dari segi gaya bahasanya

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan media untuk menyampaikan pesan atau informasi dari satu individu ke individu lain, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam kehidupan sehari-hari hampir semua aktivitas kita menggunakan bahasa, baik menggunakan bahasa lisan, bahasa tulisan, maupun bahasa tubuh.
Disamping itu, keberadann bahasa tidak dapat dipisahkan dengan sastra. Sastra merupakan sebuah karya yang di dalamnya mengandung berbagai macam keindahan bahasa. Karya sastra merupakan karya yang diciptakan manusia yang dituangkan dalam tulisan maupun gambar.
Dari berbagai karya sastra yang ada, salah satunya adalah novel. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif yang dibuat untuk menghibur para pembaca yang ditulis berdasarkan kenyataan maupun imajinasi penulis.
Pada jaman sekarang, banyak orang yang tidak memerhatikan akan gaya bahasa yang terdapat pada karya sastra, sehingga tidak mengetahui keindahan bahasa dan tidak dapat memahami maksud penulis karya sastra.
Bahasa yang digunakan para penulis dan jurnalis bisa sama saja, tetapi gayanya pasti berlaianan. Setiap penulis atau jurnalis, niscaya memiliki gaya bahasa masing-masing. Gaya bahasa itulah yang membedakan dirinya dengan penulis atau jurnalis yang lain. Seorang penulis atau jurnalis dikenal oleh masyarakat luas, antara lain dari gaya bahasa yang digunakan dalam karya-karyanya.
     Gaya bahasa adalah  bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan  serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis novel yang berjudul “Laila Majnun Karangan Nizami Berdasarkan Unsur Instrinsik(Gaya Bahasa)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian novel ?
2.      Apa pengertian gaya bahasa?
3.      Apa saja macam-macam gaya bahasa?
4.      Bagaimana analisis gaya bahasa pada novel yang berjudul Laila Majnun karangan Nizami ?
1.3 Pembatasan Masalah
Dengan beberapa pertimbangan dan keterbatasan yang  ada, dalam hal ini penulis membatasi bahwa pengkajian analisis pada novel yang berjudul Laila Majnun karangan Nizami berdasarkan unsur instrinsik hanya pada gaya bahasanya saja.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusam masalah diatas, maka diadakannya penelitian masalah yang pasti mempunyai tujuan yang jelas, diantaranya sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian novel
2.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian gaya bahasa
3.      Untuk mengetahui dan memahami macam macam gaya bahasa
4.      Untuk mengetahui dan memahami analisis gaya bahasa pada novel yang berjudul Laila Majnun karangan Nizami
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ada 2 macam,diantaranya:
A.    Manfaat teoretis
1.              Dapat mengetahui pengertian novel
2.              Dapat mengetahui pengertian gaya bahasa
3.              Dapat mengetahui macam-macam gaya bahasa
4.             Dapat mengetahui dan memahami analisis gaya bahasa pada novel yang berjudul Laila Majnun karangan Nizami
B.     Manfaat praktis
Kami dapat memahami gaya bahasa, dapat mengetahui macam-macam gaya bahasa, dan bisa menganalisis novel berdasarkan gaya bahasa.
1.6 Metode Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini kami mengambil satu metode yaitu: Metode deskriptif analisis yaitu metode yang  menggambarkan proses dari awal sampai akhir untuk memperoleh gaya bahasa yang terdapat dalam novel, dan teknik observasi dengan cara mencari kepustakaan dan browsing via internet. Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik kualitatif, yaitu dilakukan dengan mendeskripsikan teks-teks bacaan kemudian dianalisis.














BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Novel
Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk  mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut. (http://www.wikipedia.org.com)
Novel dibagi menjadi dua jenis, yaitu: novel popular dan novel serius “Novel populer” adalah “Novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya”. “Sedangkan novel serius” adalah “Novel yang disoroti dan diungkapkan sampai keinti hakikat kehidupan yang bersifat universal”. 
Banyak sastrawan yang memberikan batasan atau definisi novel. Batasan atau definisi yang mereka berikan berbeda-beda karena sudut pandang yang mereka pergunakan juga berbeda-beda. Definisi– definisi itu antara lain menurut para ahli dibidangnya adalah sebagai berikut:
1.      Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat (Jakob Sumardjo Drs).
2.      Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu : undur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra (Drs. Rostamaji,M.Pd, Aguspriantoro, S.Pd).
3.      Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik (Paulus Tukam, S.Pd)
4.      Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya social, moral, dan pendidikan (Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M. Pd).
5.      "Kata novel berasal dari bahasa latin novellas, yang terbentuk dari kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa inggris. Karena novel adalah bentuk karya sastra yang dating dari karya sastra lainnya seperti puisi dan drama. Ada juga yang mengatakan bahwa novel berasal dari bahasa Italia novella yang artinya sama dengan bahasa latin. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek dari pada roman, tetapi jauh lebih panjang dari pada cerita pendek, yang isinya hanya mengungkapkan suatu kejadian yang penting, menarik dari kehidupan seseorang (dari suatu episode kehidupan seseorang) secara singkat dan yang pokok-pokok saja. Juga perwatakan pelaku-pelakunya digambarkan secara garis besar saja, tidak sampai pada masalah yang sekecil-kecilnya. Dan kejadian yang digambarkan itu mengandung suatu konflik jiwa yang mengakibatkan adanya perubahan nasib".(Santoso dan Wahyuningtyas)
6.      “Novel” diartikan sebagai “Novel adalah produk masyarakat. Novel berada dimasyarakat karena novel dibentuk oleh anggota masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional dalam masyarakat”.(Sumarjo)
7.      “Novel” diartikan sebagai "Karangan prosa yang panjang, mengandung        rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang    disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku. Masalah yang dibahas tidak sekompleks roman. Biasanya novel menceritakan peristiwa pada masa tertentu. Bahasa yang digunakan lebih mirip bahasa sehari-hari. Meskipun demikian, penggarapan unsur-unsur intrinsiknya masih lengkap, seperti tema, plot, latar, gaya bahasa, nilai tokoh dan penokohan. Dengan catatan, yang ditekankan aspek tertentu dari unsure intrinsic tersebut". (KamusBesarBahasa Indonesia)
8.      Menurut  The American College dictionary (Purba, 2010: 62), “Novel” diartikan sebagai “Suatu cerita prosa yang fiktif dengan panjangnya tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang refressentatif dalam suatu alur atau keadaan yang agak kacau atau kusut”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif yang dibuat untuk menghibur para pembaca yang ditulis berdasarkan kenyataan maupun imajinasi penulis.
2.2 Pengertian Gaya Bahasa
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.
Majas adalah kiasan bahasa atau gaya bahasa untuk menggambarkan sesuatu dengan cara membandingkan, mempertentangkan, mempertautkan, atau mengulangi katanya. 
Gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur dan menulis, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek tertentu serta merupakan keseluruhan ciri bahasa dari sekelompok penulis bahasa. Pemanfaatan yang dilakukan penyair terhadap sarana bahasa untuk memperoleh ciri khas dalam karya-karyanya. Dengan demikian, untuk memahami dan menginterpretasi sebuah karya sastra, pengkajian dan penelitian terhadap sarana bahasa yang terdapat pada karya tersebut harus dilakukan dengan maksimal.
Pengertian gaya bahasa menurut para ahli, yaitu:
1.      Gorys Keraf mengatakan, “gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan menarik” (Keraf, 1985:113).
2.      Gaya bahasa juga berarti 1) pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; 2) pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu; 3) keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra; 4) cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan (KBBI, 1995: 297).
3.      P. Suparman Natawidjaja (1986: 73) mengatakan, “gaya bahasa adalah pernyataan dengan pola tertentu, sehingga mempunyai efek tersendiri terhadap pemerhati. Dengan pola materi akan menimbulkan efek lahiriah (efek bentuk), sedangkan dengan pola arti (pola makna) akan menimbulkan efek rokhaniah (sic!)”.
Menurut Suparman, yang dimaksud gaya bahasa di sini adalah gaya bahasa sebagai pernyataan berbentuk kalimat, bukan yang berbentuk paragraf. Itu berarti fabel tidak termasuk macam gaya bahasa karena penyajiannya dalam bentuk paragraf atau cerita.
4.      Menurut Slametmuljana (dalam Pradopo, 2006:93) gaya bahasaialah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Majas merupakan peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiah. Menurut Manaf (2008:145) gaya bahasa dan majas adalah unsur pemberdayaan bahasa untuk mendapatkan pilihan kata yang tepat.
5.      Menurut Keraf (dalam Faizah, 2007:40) gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperhatikan ciri dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Berdasarkan langsung tidaknya makna, Keraf membagi gaya bahasa menjadi dua macam, yaitu gaya bahasa retoris yang terdiri atas dua puluh satu jenis dan gaya bahasa kiasan yang terdiri atas enam belas jenis gaya bahasa.
6.      Menurut Pradopo (2006:93) menyatakan bahwa gaya bahasa adalah cara menyampaikan pikiran atau perasaan ataupun maksud-maksud lain yang menimbulkan gaya bahasa.
7.      Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata, penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. Gaya bahasa juga berarti cara mempergunakan bahasa secara imajiantif, bukan dalam pengertian yang benar-benar secara kalamiah.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan kemampuan dari seorang pengarang dalam mempergunakan ragam bahasa tertentu dalam menulis sebuah karya sastra, dan ragam bahasa tersebut sudah mempunyai pola-pola tertentu dan akan memberi kesan pada pembaca atau pendengar karya itu.
2.3 Macam-macam Gaya Bahasa
Macam-macam gaya bahasa yang diutarakan oleh Waridah (2012: 328) :
Secara garis besar, majas dapat dibedakan menjadi empat golongan atau kelompok. Yaitu, antara lain sebagai berikut :
1. Majas Penegasan
2. Majas Sindiran
3. Majas Pertentangan
4. Majas Perbandingan
Setelah diatas kita membahas tentang jenis dan macam-macam majas yang ada dalam struktur berbahasa Indonesia. Dibawah ini akan dijelaskan secara lengkap bagaimana pengertian majas tersebut beserta contohnya.
1.       Majas Penegasan
Majas Penegasan ialah kata-kata berkias yang menyatakan penegasan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca.
1.      Apofasis atau Preterisio adalah gaya bahasa untuk menegaskan sesuatu dengan cara seolah-olah menyangkal hal yang ditegaskan.
Contoh:
v  Tutur kata dan sikapnya yang baik seakan membius siapapun yang ada dihadapannya. Entah apa yang terjadi bila mereka tahu sifat aslinya.
2.      Repetisi adalah majas perulangan kata-kata, frase, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan penkanan.
Contoh:
v  Bukan uang, bukan mobil, bukan juga rumah mewah yang aku harapkan dari ayah dan ibu. Aku haya ingin ayah dan ibu disaat aku membutuhkan. Aku hanya ingin perhatian. Hanya itu, tidak lebih.
3.      Aliterasi adalah penggulangan konsonan pada awal kata secara berurutan. 
Contoh:
v  Bagai bekal bagi kehidupan kita.
4.      Pleonasme adalah satu pikiran atau gagasan yang disampaikan secara berlebihan, sehingga ada beberapa keterangan yang kurang dibutuhkan.
Contoh:
v  Kami mendengar kabar itu dengan telinga kami sendiri.
5.      Paralelisme adalah gaya bahasa yang memakai kata, frase, atau klausa yang kedudukan sama atau sejajar.
Contoh:
v  Baik golongan yang tinggi maupun golongan  yang rendah harusdiadili kalau bersalah
6.      Tautologi adalah gaya bahasa berupa pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
Contoh:
v  Ia jadi marah dan murka kepada orang yang menyerempet motor kesayangannya
7.      Inversi adalah gaya bahasa yang mendahulukan predikat sebelum subjek dalam suatu kalimat.
Contoh:
v  Terdapat kekeliruan dalam tulisan itu!
8.      Ellipsis adalah gaya bahasa yang menghilangkan beberapa unsur kalimat. Unsur-unsur yang hilang tersebut mudah ditafsirkan oleh pembaca.
Contoh:
v  Andai saja kamu mau mengikuti saranku,tentu .... Sudahlah semuanya sudah terjadi,tidak perlu di bicarakan lagi.
9.      Retoritas adalah gaya bahasa untuk menanyakan sesuatu yang jawabannya telah terkandung dalam pertanyyaan tersebut.
Contoh:
v Adakah orang yang ingin sakit selama hidupnya?
10.  Klimaks adalah gaya bahasa untuk menuturkan satu gagasan atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana meningkat kepada gagasan atau hal yang lebih kompleks.
Contoh:
v Aku menangis, meledak-ledak seperti mau memecahkan rongga dada.
11.  Antiklimaks adalah gaya bahasa untuk menentukan satu hal atau gagasan yang penting atau kompleks menurun kepada hal atau gagasan yang sederhana.
Contoh:
v Persiapan pemilihan umum telah dilaksanakan secara serentak di Ibu Kota Negara, ibu kota-ibu kota provinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa di seluruh Indonesia, hingga di tingkat RW maupun RT.
12.  Antanaklasis adalah gaya bahasa yang menggunakan pengulangan kata yang sama tetapi maknanya berlainan.
Contoh:
v Ada dua buah rumah kaca di halaman rumah pak saiman
13.  Pararima adalah bentuk penggulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
Contoh:
v Pengemis dan anak-anak jalanan kocar-kacir saat petugas satpol PP  melakukan penertiban.
14.  Koreksio adalah gaya bahasa yng pada mulanya menegaskan sesuatu yang dianggap kurang tepat, kemudian diperbaiki.
Contoh:
v Kalau tidak salah, saya pernah menyampaikan hal ini dua hari yang lalu. Ah bukan, kemarin.
15.  Asindeton adalah gaya bahasa yang bersifat padat dan mamfat, beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja dengan koma.
Contoh:
v Segala bentuk hinaan, makian, fitnah, ia hadapi dengan tegar.
16.  Polisindeton adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari asindeton. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihbungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung.
Contoh:
v Kami tidak hanya membangun rumah mewah, tetapi jga rumah sederhana dan rumah susun sederhana milik atau rusunami.
17.  Eklamasio adalah gaya bahasa yang menggunakan kata seru.
Contoh:
v “Ah... lupakan saja!”
18 Alonim adalah penggunaan varian dari nam untuk menegaskan.
Contoh:
v “Kamu ruwet, kin!”
“Biar!”
(“pelangi kinkin”, Asma Nadia)
Kin adalah varian dari kinkin.
19.  Interupsi adalah gaya bahasa yang menyisipkan keterangan tambahan diantara unsur-unsur kalimat.
Contoh:
v Pak Amri, guru teladan di SMP Fajar Taruna, mendapat penghargaan dari Gubernur Jawa Barat.
20.    Silepsis adalah gaya bahasa dengan mempergunakan dua kontruksi sintaksis yang dihubungkan oleh kata sambung. Namun, hanya salah satu kontruksi yang maknanya utuh.
Contoh:
v Saya memahami keadaan dirinya sebagaimana keadaan diriku. Seharusnya: saya memahami keadaan dirinya sebagaimana ia memahami keadaan diriku.
2.      Majas Sindiran
1.      Ironi adalah gaya bahasa untuk menyatakan suatu maksud menggunakan kata-kata yang berlainan atau bertolak belakang dengan maksud tersebut.
Contoh:
v  Besar sekali rumahmu. Sekali buka pintu langsung masuk ke ruang belakang.
2.        Sarkasme adalah gaya bahasa yang berisi sindiran yang kasar.
Contoh:
v Mulutmu harimaumu.
3.      Sinisme adalah sindiran yang berbentuk kesangsian cerita menggandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati.
Contoh:
v  Sudah, hentikan bujuk rayumu karena hanya membuatku semakin sakit.
4.      Antifrasis adalah gaya bahasa ironi denagn kata atau kelompok kata yang maknanya berlawanan.
Contoh:
v  “Awas, si Bule datang”, saat Ido yang berkulit hitam mendekati mereka.
5.             Inuendo adalah sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Contoh:
v  Ia menjadi juragan tanah di daerah itu berkat kelihaiannya bermain mata dengan penguasa.
3.      Majas Pertentangan
1.      Antithesis adalah gaya bahasa yang menggungkapkan suatu maksud dengan menggunakan kata-kata saling berlawanan.
Contoh:
v  Ia berjuang siang dan malam tanpa peduli hujan atau terik demi mencari biaya penggobatan anaknya.
2.      Paradoks adalah gaya bahasa untuk menggungkapkan dua hal yang seolah-olah saling bertentangan namun sebenarnya keduanya benar.
Contoh:
v Jiwanya terasa sepi ditengah hingar-bingar pesta.
3, Oksimoron adalah gaya bahasa yang menggandung pertentanga dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase yang sama.
Contoh:
v Gelap-terangnya dunia ini dapat ia rasakan melaui mata batinnya.
4.      Anakronisme adalah gaya bahsa yang menggandung ketidaksesuaian antara peristiwa dengan waktunya.
Contoh:
v Arjuna saling berkirim SMS dengan Srikandi untuk melepas rasa rindu.
5.      Kontradiksi Interminus adalah gaya bahasa yang berisi sangkalan terhadap pernyataan yang disebutkan sebelumnya.
Contoh:
v Siswa yang tidak berkepentingan dilarang masuk, kecuali panitia lomba.
4.         Majas Perbandingan
1.    Metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan dua hal benda secara singkat dan padat.
Contoh:
v Buku adalah ilmu
2.      Sinestesia adalah gaya bahasa yang mempertukarkan dua indra yang berbeda
Contoh:
v Cara berbicara pemuda itu sangat kasar.
(kasar = indra peraba bertukar dengan indra perdengaran)
3.      Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang ditandai dengan kata depan dan penghubung seperti layaknya, bagaikan, seperti, bagai.
Contoh:
v Jalani saja hidup ini seperti air mengalir.
4.        Alegori adalah gaya bahasa untuk mengungkapkan suatu hal melalui hiasan atau penggambaran.
Contoh:
v Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi
5.        Alegori biasanya berbentuk cerita yang penuh dengan simbol-simbol bermuatan moral.
Contoh:
v Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
6.        Alusio adalah gaya bahasa yang yang berusaha menyugestikan kesamaan antar orang, tempat, atau peristiwa.
Contoh:
v Semangat Bandung Lautan Api menggelora dihati kami.
7.        Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan nama merek atau atribut tertentu untuk menyebut suatu benda.
Contoh :
v Dia tampak asik dengan blackberry yang baru di belinya
8.        Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan nama diri, gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri.
Contoh:
v Terima kasih, Dokter!
9.        Antopomorfisme adalah bentuk metpora yang menggunakan kata  atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hala yang bukan manusia.
Contoh :
v Ia menunggu kekasihnya di mulut gang
10.    Hiperbola adalah gaya bahasa yang bersifat melebih lebihkan suatu kenyataan.
Contoh:
v Hujan turun mengiringi langkahku di padi hari
11.    Litotes adalah gaya bahasa yang maknanya mengecilkan fakta dengan tujuan untuk merendahkan diri.
Contoh:
v Terimalah bingkisan ini yang tidak seberapa harganya. (pada kenyataannya, harganya mahal).
12.    Hipokorisme adalah gaya bahasa yang menggunakan nama timangan  atau kata yang mengandung hubungan karib antara pembicara dengan topik yang di bicarakan.
Contoh :
v “Kehidupan itu kejam, Nduk. Sadis! Bahkan sampai diluar nalar manusia. Untung kamu tidak perlu melihat itu semua”.
(“Pelangi Kinkin”, Asma Nadia)
“Nduk” adalah kalimat sapaan untuk orang yang lebih muda.
13.    Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang barang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.
Contoh:
v Bulan dan bintang bercumbu mengiringi suasana malam yang sunyi.
14.    Sinekdoke  adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian, tetapi yang dimaksud ialah seluruh bagian atau sebaliknya. Sinekdoke terbagi atas parsprototo ( sebagian untuk seluruh bagian dan totum pro parte ( keseluruhan untuk sebagian).
a.    Prasprototo
Contoh:
v Setiap kepala di kenakan biaya Rp50000,-.
b.   Totum pro parte
v Chikungunya menyerang Jawa Barat
15.    Efemisme adalah gaya bhasa yang menggunakan kata-kata yang halus.
Contoh:
v Para penyandang tuna netra dan tuna rungu mendapat beasiswa dari pemerintah
16.    Perifrase adalah gaya bahasa untuk menggunakan suatu kata atau kelompok kata lain. Kata atau kelompok kata tersebut dapat berupa nama tempat, negara, benda, atau sifat tertentu.
Contoh:
v Berlibur di pulau dewata adalah impianku
17.  Simbolik adalah gaya bahasa untuk melukiskan suatu maksud dengan menggunakan simbol atau lambang.
Contoh:
v Banyak tikus berkeliaran di gedung rakyat.
18.    Kiasmus adalah gaya bahasa yang terdiri atas dua bagian, baik frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya.
Contoh:
v Di dunia ini memang panggung sandiwara, orang bodoh bisa berlagak pintar dan orang pintar berlagak bodoh
2.4 Analisis Gaya Bahasa pada Novel yang Berjudul Laila Majnun Karangan Nizami
Berdasarkan hasil analisis dari bagian sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa pada novel Laila Majnun terdapat berbagai macam majas. Majas yang digunakan oleh pengarang dalam novel ini benar-benar membuat pembaca terbuai karena semua yang terjadi dalam novel ini dilukiskan dengan sempurna. Kekayaan dan kedermawanan Sang Sayid, kecantikan Laila, ketampanan Majnun, keperkasaan Naufal, semua dilukiskan oleh pengarang dengan bahasa yang menarik yaitu majas.
1.      Majas Perbandingan dalam Novel Laila Majnun Karya Nizami
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diklasifikasikan pada majas perbandingan lebih identik dengan majas simile.
          Majas simile menggunakan kata-kata perbandingan “bagaikan, seperti, laksana, ibarat, dan bagai”. Pada perbandingan yang menggunakan kata bagaikan setelah diklasifikasikan terdapat 72 kalimat, sementara itu perbandingan yang menggunakan kata seperti sebanyak 47 kalimat. Pada perbandingan yang menggunakan kata bagai hanya 2 kalimat saja, sedangkan perbandingan yang menggunakan kata laksana dan ibarat masing-masing hanya terdiri dari satu kalimat saja. Jika semua majas simile dijumlahkan maka hasilnya sebanyak 123 kalimat. Setelah majas simile, terdapat pula majas yang melebih-lebihkan yaitu hiperbola. Majas hiperbola dalam novel Laila Majnun sebanyak 69 kalimat. Masing-masing kalimat tersebut dapat dikategorikan kalimat yang berlebihan.
Majas perbandingan lainnya yang terdapat dalam novel Laila Majnun yaitu majas personifikasi dan eponim. Majas personifikasi merupakan majas yang digunakan oleh pengarang untuk membandingkan benda-benda yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat manusia serta kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh manusia. Majas personifikasi pada novel ini terdapat 12 kalimat. Sementara itu majas eponim yaitu majas yang digunakan untuk menunjukkan ciri-ciri tertentu. Pada novel tersebut hanya ditemukan 2 kalimat.
Novel Laila Majnun ini, sengaja dihadirkan pengarang dengan banyak menggunakan majas. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian dan menggugah perasaan pembaca. Pada novel ini terdapat berbagai macam majas perbandingan yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun majas perbandingan yang paling dominan digunakan oleh pengarang yaitu majas simile. Majas ini bertujuan untuk membandingkan tokoh dan kehidupannya yang terdapat dalam novel tersebut dengan realitas alam. Misalnya, si tokoh Laila diibaratkan dengan cahaya matahari, mata rusa, cahaya rembulan. Semua hal tersebut adalah realitas alam yang dekat dengan manusia. Realitas alam ini sengaja diciptakan untuk menggambarkan kecantikan dan kebaikan dari tokoh-tokoh yang diceritakan, dengan tujuan agar  pembaca lebih dekat dengan objek yang dilukiskan pengarang.
2.         Majas Pertentangan dalam Novel Laila Majnun Karya Nizami
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dalam novel ini terdapat majas pertentangan. Namun, hanya ada satu majas saja yaitu antitesis. Antitesis merupakan majas yang menggunakan kelompok kata yang saling berlawanan arti.
Contohnya: baik-buruk, benar-salah, besar dan kecil, siang-malam, serta jauh dan dekat. Majas tersebut terdapat pada bab yang ke 7, 9, dan 24. Majas antites yang terdapat dalam novel ini dipergunakan oleh pengarang dengan tujuan untuk menjelaskan bahwa keadaan si Majnun yang tidak menentu akan takdir kehidupan yang sedang dialaminya. Hal demikian dibuktikan denganbeberapa kelompok kata yang berlawan arti dalam cerita. Contohnya, kelompok kata “baik-buruk”. Dapat dijelaskan bahwa antara yang baik dan yang buruk sudah tidak dapat dibedakan oleh si Majnun, baginya semua yang terjadi pada kehidupan ini sudah sama.
3.       Majas Penegasan dalam Novel Laila Majnun Karya Nizami
Sesuai dengan hasil analisis terdapat tiga majas yang melengkapi novel tersebut. Melalui proses klasifikasi maka majas penegasan tersebut meliputi elipsis, invokasi, dan retoris/erotesis.
Majas elipsis dalam novel ini terdapat pada bab 18. Sementara itu, majas invokasi terdapat pada bab 8 dan 52. Majas invokasi merupakan kalimat-kalimat yang menggunakan kata-kata seruan untuk Sang Khalik. Kalimat-kalimat seruan yang digunakan dalam novel tersebut yaitu kalimat yang menyebut nama sang Pencipta semesta alam.Majas penegasan selanjutnya yaitu majas retoris/erotesis. Majas tersebut merupakan majas yang mengandung kalimat berbentuk pertanyaan tanpa sebuah jawaban. Hal tersebut terdapat pada bab 4 dan 7.
Majas penegasan yang terdapat dalam novel Laila Majnun ini sengaja dihadirkan oleh pengarangnya dengan tujuan untuk menegaskan suatu pernyataan. Misalnya, majas invokasi yang mengunakan kata seru untuk memohon kepada sang Pencipta. Hal ini digunakan oleh pengarang untuk menggambarkan kesungguhan tokoh Majnun dalam cerita.
Demikian pula dengan majas retoris/erotesis, yaitu majas yang menggunakan kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban. Majas ini dipergunakan pengarang untuk mencapai efek yang lebih mendalam. Misalnya pengarang ingin menggambarkan keputusasaan tokoh dalam sebuah cerita, untuk menggambarkan keputusasaan itu, pengarang membuat pertanyaan-pertanyaan yang mengandung makna keputusasaan dan tidak memerlukan jawaban.
4.       Majas Sindiran dalam Novel Laila Majnun Karya Nizami
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada novel Laila Majnun karya Nizami maka terdapat majas sindiran, namun majas tersebut hanya satu macam saja yaitu sinisme. Majas sinisme merupakan kalimat-kalimat yang mengandung sindiran yang kasar serta bisa menyinggung perasaan orang. Majas sinisme yang terdapat dalam novel Laila Majnun karya Nizami berada pada bab 17. Majas sinisme yang ada pada novel ini dipergunakan pengarang untuk menggambarkan kekesalan. Misalnya, si Majnun yang menyindir Naufal karena kekesalannya terhadap janji-janji yang tidak ditepati leh sahabatnya itu.
Pada dasarnya keindahan novel Laila Majnun ini terletak pada kaidah bahasa yang digunakan oleh pengarangnya. Seorang pecinta yang sangat berbakat menciptakan syair-syair cinta dengan kehidupan yang begitu rumit tergambar jelas melalui bahasa kiasannya atau sering disebut majas. Majas-majas yang diciptakan pengarang melalui karyanya dipergunakan untuk memperindah cerita.
Beberapa contoh syair Majnun:
1.      Ketika taman Laila sedang berbunga,
Majnun terbaring di luar sana menderita.
Baagaimana mungking Laila tersenyum dan tertawa,
Sementara Majnun tersiksa oleh cinta.(hal.67)
    Berdasarkan hasil analisis dalam syair di atas terdapat berbagai majas, yaitu:
1.      Ketika taman Laila sedang berbunga
Kalimat di atas mengandung majas personifiasi, karena disana dinyatakan taman Laila sedang berbunga, yang dimaksud taman Laila itu adalah hati Laila. Jadi, dalam kalimat itu seolah-olah hati itu hidup seperti taman yang dapat menumbuhkan bunga-bunga.
2.      Majnun terbarring di luar sana menderita
Maksud kalimat di atas ialah keadaan Majnun sebaliknya dari kondisi Laila. Ia amat terpuruk dalam keadaannya.
3.      Baagaimana mungking Laila tersenyum dan tertawa
Maksud kalimat di atas ialah Laila pun dapat merasakan bagaimana keadaan Majnun. Jadi, dia tidak akan pernah bahagia di atas penderitaan majnun.
4.      Sementara Majnun tersiksa oleh cinta
Kalimat di atas mengandung majas hiperbola, karena mana mungkin manusia bisa di siksa oleh cinta (dalam artian kenyataan). Jadi maksudnya ialah kondisi Majnun sangat terpuruk akibat cintanya terpisahkan dari Laila.
2.      Duka di hatiku tak kau hiraukan,
Tangis di mataku tak kau pedulikan.
Dari banyak janji yang kau ucapkan,
Tak satupun yang kau tunaikan.
Kau bersumpah membuat dahagaku terpuaskan.
Semua sumpahmu kini kau campakkan.
Mengapa sumurmu dulu kau tampakkan,
Jika isinya hanya kutukan.(hal.80)
Berdasarkan hasil analisis dalam syair diatas ada beberapa kalimat mengandung majas. Yaitu pada kalimat:
Kau bersumpah membuat dahagaku terpuaskan
Semua sumpahmu kau kini kau campakkan
Mengapa sumurmu kau tampakkan
Jika isinya hanya kutukan
Kalimat di atas mengandung majas sinisme. Karena mengandung sindiran yang berbentuk kesangsian cerita, ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati pangeran Naufal untuk membantu Majnun.
3.      Aku melihat matanya dalam matamu, lebih hitam dari kegelapan.
Namun bayangannya tidak akan kembali oleh hanya kesamaan.
Karena apa yang telah  hilang dariku tidak akan tergantikan
Dan yang tersisa hanyalah kenangan menyakitkan... (hal.103)
    Berdasrkan hasil analisis syair di atas mengandung beberapa majas, yaitu:
1.      Aku melihat matanya dalam matamu
`Kalimat di atas mengandung majas simile. Karena membandingkan mata Laila seperti mata rusa.
2.      Lebih hitam dari kegelapan
Kalimat di atas mengandung majas hiberbola. Karena melebih-lebihkan mata Laila, Majnun mengungkapkan mata Laila lebih hitam warnanya dari kegelapan malam.
3.      Dan yang tersisa hanyalah kenangan menyakitkan
Kalimat di atas mengandung majas hiperbola. Karena tidak selamanya kenangan itu menyakitkan.
4.      Setiap embusan angin membawa harummu untukku.
Setiap kicauan burung mendendangkan namamu untukku
Setiap mimpi yang hadir membawa wajahmu untukku.
Setiap pandangan menampakkan bayanganmu padaku.
Aku milikmu, aku milikmu, jauh maupun dekat.
Dukamu adalah dukaku, seluruhnya milikku, di mana pun ia tertambat.(hal.107)
Berdasarkan analisis syair di atas menggandung beberapa kalimat yang menggandung majas, yaitu:
1.      Setiap embusan angin membawa harummu untukku.
Setiap kicauan burung mendendangkan namamu untukku
Setiap mimpi yang hadir membawa wajahmu untukku.
Setiap pandangan menampakkan bayanganmu padaku.
        Kalimat di atas mengandung majas hiperbola. Karena dalam kalimat itu menceritakan bahwa Majnun dapat mencium bau aroma Laila lewat hembusan angin, mendengar nama Laila lewat kicauan burung, Majnun pun dapat selalu menatap wajah Laila lewat mimpi, dan bayangan Laila selalu hadir dalam seluruh pandangan Majnun.
        Begitulah gambaran seorang Majnun yang tergila-gila oleh Laila, sampai-sampai apapun yang ia lakukan, ia lihat, ia dengar hanyalah segala sesuatu yang bersangkutan dengan Laila. Walaupun jarak mereka teramat jauh, banyak rintangan yang menghadang mereka. Tapi tetap cinta mereka menyatu. Itulah cinta sejati.
2.      Aku milikmu, aku milikmu, jauh maupun dekat.
Kalimat di atas mengandung majas repetisi karena adanya perulanagan kata dalam satu kalimat. Perulangan itu bertujuan untuk lebih menegaskan isi syair.
3.      Dukamu adalah dukaku, seluruhnya milikku, di mana pun ia tertambat
         Kalimat di atas mengandung majas metafora karena menggabungkan dua benda secara singkat dan padat. Yaitu Laila dan Majnun. Dan apapun yang mereka rasakan akan dirasakan bersama.  
5.      Keluarkan aku dari sungai kesepian ini,
Karena cahaya hidupku pudar dalam belantara ini.
‘Jangan takut, karena aku adalah milikmu!’ kau berkata,
Bila itu benar, datanglah sekarang, atau mereka akan menemukanku tak bernyawa.
Sekali terperangkap, kambing yang sekarat mendengar terlambat,
Teriakan ‘Awas serigala!’ yang akan membuatnya selamat. (hal.110)
    Berdasarkan analisis syair di atas mengandung beberapa majas, yaitu:
1.       Keluarkan aku dari sungai kesepian ini,
Kalimat di atas mengandung majas hiperbola. Karena begitu banyaknya kesedihan yang dirasakan sampai-sampai digambarkan seperti derasnya sungai yang mengalir.
2.      Karena cahaya hidupku pudar dalam belantara ini
Kalimat di atas mengandung majas hiperbola. Karena tidak mungkin cahaya hidup bisa pudar oleh hutan belantara. Tapi, maksud belantara itu adalah rintangan hidup yang dihadapi Majnun.
3.      ‘Jangan takut, karena aku adalah milikmu!’ kau berkata,
Kalimat di atas mengandung majas metafora karena menggabungkan dua benda secara singkat dan padat. Yaitu Laila dan Majnun.
4.      Sekali terperangkap, kambing yang sekarat mendengar terlambat
Kalimat di atas mengandung majas perumpamaan, karena mengumpamakan manusia menjadi hewan.
6.      Kau penyebab sekaratku berkepanjangan,
Tetapi hasratku padamu membuat kau kumaafkan.
Kau adalah sang matahari, sementara aku bintang malam,
Cahayamu menyurutkan kerlipku yang kelam.
Nyala lilin iri padamu,
Bunga mawar merekah dalam namamu.
Terpisah darimu? Tidak akan pernah!
Cinta dan kesetiaanku hanya untukmu. Aku bersumpah!
Walau tersiksa, aku akan tetap menjadi sasaran cambukmu,
Ketika mati, aku adlah nadi yang mengalir di nadimu. (hal.136)
Berdasarkan analisis syair di atas mengandung beberapa majas, yaitu:
1.      Kau adalah sang matahari, sementara aku bintang malam
Kalimat di atas mengandung majas simile karena ditandai dengan kata yang berarti mengibaratkan sesuatu kepada benda lain.
          Dalam syair itu Majnun menggambarkan Laila laksana matahari dan menggambarkan dirinya hanya bintang yang kilaunya jauh lebih redup dari matahari.
2.      Cahayamu menyurutkan kerlipku yang kelam.
Kalimat di atas menggandung majas hiperbola. Karena cahaya diri majnun tidak akan padam oleh cahaya milik Laila.
3.      Nyala lilin iri padamu,
Kalimat di atas menggandung majas hiperbola. Karena cahaya lilin tidak mungkin iri oleh cahaya Laila. Tapi disana Majnun menggambarkan keindahan cahaya Laila sampai-samoai lilin pun iri padanya.
4.      Bunga mawar merekah dalam namamu
Kalimat di atas menggandung majas hiperbola. Karena bunga mawar tidak akan merekah (mekar) dalam nama Laila. Tapi, disana Majnun mengibaratkan Laila seperi taman indah yang akan menjadi tempat merekahnya bunga mawar.
5.      Cinta dan kesetiaanku hanya untukmu. Aku bersumpah!
Kalimat di atas menggandung majas hiperbola. Karena manusia tidak akan mungkin dapat menentukan jalan hidupnya sendiri. Bagaimana jika Allah menakdirkan tidak selalu bersama?
6.      Walau tersiksa, aku akan tetap menjadi sasaran cambukmu,
Kalimat di atas menggandung majas hiperbola. Karena Majnun merelakan dan mengorbankan segalanya demi Laila. Walaupun dia dicambuk ia rela demi menjaga cintanya.
7.      Ketika mati, aku adalah nadi yang mengalir di nadimu
Kalimat di atas menggandung majas hiperbola. Karena nadi orang yang sudah mati tidak mungkin mengalir. Apalagi mengalir ditubuh orang lain.
7.      Bilamana taman meriah oleh mawar-mawar merah, betapa cocoknya menyandingkannya dengan anggur merah delima.
Aku heran, untuk siapa mawar mengoyak pakaiannya.
Untuk cinta sang kekasih, kukoyak pakaianku sendiri!
Bukankah mangsa yang malang menjerit akan ketidak adilan?
Maka mengapa meributkan halilintar?
Jika korbannya adalah aku!
Bagaikan tetes hujan di saat matahari terbit yang jatuh menetes pada kelopak melati,
Pada pipi sang kekasih, air mataku bercucuran.
Tulip yang memerah di seluruh daratan bagaikan batu delima.
Pencuri mana yang telah mencuri intanku?
Pepohonan menebarkan wanginya dalam aroma bunga,
Hingga aroma Khotan tak bisa bernafas dalam kekaguman. (hal.225)
Berdasarkan analisis syair di atas mengandung beberapa majas, yaitu:
1.      Bilamana taman meriah oleh mawar-mawar merah, betapa cocoknya menyandingkannya dengan anggur merah delima.
Kalimat di atas mengandung majas personifikasi. Karena disana digambarkan mawar-mawar merah dapat memeriahkan taman. Padahal mawar-mawar merah mustahil memeriahkan taman, karena memeriahkan itu adalah hal yang sering dilakukan oleh manusia.
2.      Aku heran, untuk siapa mawar mengoyak pakaiannya
Kalimat di atas mengandung majas personifikasi. Karena disana digambarkan bahwa mawar mengoyak pakaiannya, padahal mawar itu tidak memiliki pakaian dan tidak mungkin memiliki sifat kemanusiaan.
3.      Bagaikan tetes hujan di saat matahari terbit yang jatuh menetes pada kelopak melati,
Kalimat di atas mengandung majas Simile yang ditandai dengan kata depan dan penghubung seperti layaknya, bagaikan, seperti, bagai.

BAB III
PENUTUP
3.1  Simpulan
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif yang dibuat untuk menghibur para pembaca yang ditulis berdasarkan kenyataan maupun imajinasi penulis.
Gaya bahasa merupakan kemampuan dari seorang pengarang dalam mempergunakan ragam bahasa tertentu dalam menulis sebuah karya sastra, dan ragam bahasa tersebut sudah mempunyai pola-pola tertentu dan akan memberi kesan pada pembaca atau pendengar karya itu.
Secara garis besar, majas dapat dibedakan menjadi empat golongan atau kelompok. Yaitu, antara lain sebagai berikut :
1. Majas Penegasan
2. Majas Sindiran
3. Majas Pertentangan
4. Majas Perbandingan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Pada novel Laila Majnun karya Nizami ini terdapat majas perbandingan yang berfungsi sebagai sarana pengarang untuk memisalkan tokoh dan kehidupannya berdasarkan realitas alam yang dekat dengan kehidupan pembaca.
2.      Pada novel Laila Majnun karya Nizami ini terdapat majas pertentangan yang dipergunakan pengarang untuk melukiskan tokoh yang menjalani kehidupannya dengan keadaan yang tidak menentu, dalam artian tokoh tersebut tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
3.      Pada novel Laila Majnun karya Nizami ini terdapat majas penegasan yang berfungsi untuk menegaskan suatu pernyataan. Melalui majas penegasan yang terdapat dalam novel Laila Majnun karya Nizami ini, sebenarnya pengarang ingin mengungkapkan secara tegas berbagai pernyataan-pernyataan yang melibatkan kehidupan tokoh dengan takdir yang sedang dialaminya.
4.      Pada novel Laila Majnun karya Nizami ini terdapat pula majas sindiran yang berfungsi untuk mengungkapkan atau menyatakan kekesalan serta amarah yang ada dalam diri Majnun terhadap sahabatnya.
Keempat majas yang terdapat dalam novel Laila Majnun ini merupakan strategi dari pengarang itu sendiri untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh dalam kehidupannya melalui bahasa sebagai sarana untuk mengungkapkannya. Namun, bahasa yang digunakan dalam novel Laila Majnun ini bukan hanya sekadar bahasa biasa saja, akan tetapi bahasa yang digunakan oleh pengarangnya yaitu bahasa-bahasa yang penuh dengan kiasan.
3.2 Saran
Sebuah karya sastra tidak lepas dari unsur bahasa melalui majas dari pengarang itu sendiri. Namun, ada baiknya analisis terhadap novel Laila Majnun karya Nizami dilanjutkan dengan sudut pandang yang berbeda, baik teori maupun metode. Hal ini akan menunjukan bahwa sebuah karya sastra itu sangat kompleks, sehingga tidak menutup kemungkinan penafsiran dan pemberian makna lain bagi peneliti selanjutnya.
Penulis juga menyarankan agar pembaca membaca novel Laila Majnun, sehingga pembaca bisa mengetahui bahwa novel Laila Majnun ini sangat sarat dengan pesan-pesan moral, yaitu cinta sejati tidak memerlukan penyatuan fisik saja, karena cinta sejati melebihi ikatan duniawi. Selain itu cinta sejati yang hadir dalam novel Laila Majnun karya Nizami menyebabkan penderitaan sebanding dengan kebahagiaan. Oleh karena itu, hidup ini harus penuh dengan cinta kepada Ilahi agar kelak akan mendapatkan cahaya kehidupan yang abadi.







DAFTAR PUSTAKA

Budiharso, Teguh. 2007. Paduan Lengkap Karya Ilmiah. Yogyakarta: Gala Ilmu
Irman, Mokhamad, dkk. 2010. Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Pusat Perbukuan
Nizami. 2010.  Laila Majnun. Bandung: Oase
Rahmawati, Junita. 2012. Pedoman Umum EYD dan Pembentukan Istilah. Tangerang: Karisma Publishing Group
Rohmatullah. 2013. Pengertian  Novel. http://www.rohmatullah. blogspot.com. Januari, 2015
Waridah, Ernawati. 2012.  Ejaan yang Disempurnakan dan Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Bandung: Ruang Kata




1 comment:

  1. hai icin!!! blog nya sangat bermanfaat. makasih yah!!!

    ReplyDelete