BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa
merupakan media untuk menyampaikan pesan atau informasi dari satu individu ke
individu lain, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam kehidupan sehari-hari
hampir semua aktivitas kita menggunakan bahasa, baik menggunakan bahasa lisan,
bahasa tulisan, maupun bahasa tubuh.
Disamping itu,
keberadann bahasa tidak dapat dipisahkan dengan sastra. Sastra merupakan sebuah
karya yang di dalamnya mengandung berbagai macam keindahan bahasa. Karya sastra
merupakan karya yang diciptakan manusia yang dituangkan dalam tulisan maupun
gambar.
Dari berbagai
karya sastra yang ada, salah satunya adalah novel. Novel adalah sebuah
karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif yang dibuat untuk menghibur para
pembaca yang ditulis berdasarkan kenyataan maupun imajinasi penulis.
Pada jaman
sekarang, banyak orang yang tidak memerhatikan akan gaya bahasa yang terdapat
pada karya sastra, sehingga tidak mengetahui keindahan bahasa dan tidak dapat
memahami maksud penulis karya sastra.
Bahasa yang digunakan para penulis dan jurnalis
bisa sama saja, tetapi gayanya pasti berlaianan. Setiap penulis atau jurnalis,
niscaya memiliki gaya bahasa masing-masing. Gaya bahasa itulah yang membedakan
dirinya dengan penulis atau jurnalis yang lain. Seorang penulis atau jurnalis
dikenal oleh masyarakat luas, antara lain dari gaya bahasa yang digunakan dalam
karya-karyanya.
Gaya bahasa
adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan
jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu
dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata penggunaan gaya bahasa
tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
menganalisis novel yang berjudul “Laila Majnun Karangan Nizami Berdasarkan
Unsur Instrinsik(Gaya Bahasa)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut :
1.
Apa
pengertian novel ?
2.
Apa
pengertian gaya bahasa?
3.
Apa
saja macam-macam gaya bahasa?
4.
Bagaimana
analisis gaya bahasa pada novel yang berjudul Laila Majnun karangan Nizami ?
1.3 Pembatasan Masalah
Dengan beberapa
pertimbangan dan keterbatasan yang ada,
dalam hal ini penulis membatasi bahwa pengkajian analisis pada novel yang
berjudul Laila Majnun karangan Nizami berdasarkan unsur instrinsik hanya pada
gaya bahasanya saja.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusam masalah diatas, maka diadakannya penelitian masalah yang pasti
mempunyai tujuan yang jelas, diantaranya sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui dan memahami pengertian novel
2.
Untuk
mengetahui dan memahami pengertian gaya bahasa
3.
Untuk
mengetahui dan memahami macam macam gaya bahasa
4.
Untuk
mengetahui dan memahami analisis gaya bahasa pada novel yang berjudul Laila
Majnun karangan Nizami
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ada 2 macam,diantaranya:
A.
Manfaat
teoretis
1.
Dapat
mengetahui pengertian novel
2.
Dapat
mengetahui pengertian gaya bahasa
3.
Dapat
mengetahui macam-macam gaya bahasa
4.
Dapat
mengetahui dan memahami analisis gaya bahasa pada novel yang berjudul Laila
Majnun karangan Nizami
B.
Manfaat
praktis
Kami dapat
memahami gaya bahasa, dapat mengetahui macam-macam gaya bahasa, dan bisa
menganalisis novel berdasarkan gaya bahasa.
1.6 Metode Penelitian
Dalam
penyusunan makalah ini kami mengambil satu metode yaitu: Metode deskriptif
analisis yaitu metode yang menggambarkan
proses dari awal sampai akhir untuk memperoleh gaya bahasa yang terdapat dalam
novel, dan teknik observasi dengan cara mencari kepustakaan dan browsing via
internet. Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik kualitatif, yaitu
dilakukan dengan mendeskripsikan teks-teks bacaan kemudian dianalisis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Novel
Novel adalah
salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam
bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik.
Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi
dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha
semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran
realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut.
(http://www.wikipedia.org.com)
Novel
dibagi menjadi dua jenis, yaitu: novel popular dan novel serius “Novel populer”
adalah “Novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya”. “Sedangkan
novel serius” adalah “Novel yang disoroti dan diungkapkan sampai keinti hakikat
kehidupan yang bersifat universal”.
Banyak
sastrawan yang memberikan batasan atau definisi novel. Batasan atau definisi
yang mereka berikan berbeda-beda karena sudut pandang yang mereka pergunakan
juga berbeda-beda. Definisi– definisi itu antara lain menurut para ahli
dibidangnya adalah sebagai berikut:
1. Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk
sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya
komunitasnya yang luas pada masyarakat (Jakob Sumardjo Drs).
2. Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu :
undur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena
sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra (Drs. Rostamaji,M.Pd,
Aguspriantoro, S.Pd).
3. Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai
unsur-unsur intrinsik (Paulus Tukam, S.Pd)
4. Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat
nilai-nilai budaya social, moral, dan pendidikan (Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra.
Yuni Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M. Pd).
5. "Kata novel berasal dari bahasa
latin novellas, yang terbentuk dari kata novus yang
berarti baru atau new dalam bahasa inggris. Karena novel
adalah bentuk karya sastra yang dating dari karya sastra lainnya seperti puisi
dan drama. Ada juga yang mengatakan bahwa novel berasal dari bahasa
Italia novella yang artinya sama dengan bahasa latin. Novel
juga diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek dari
pada roman, tetapi jauh lebih panjang dari pada cerita pendek, yang isinya
hanya mengungkapkan suatu kejadian yang penting, menarik dari kehidupan
seseorang (dari suatu episode kehidupan seseorang) secara singkat dan yang
pokok-pokok saja. Juga perwatakan pelaku-pelakunya digambarkan secara garis
besar saja, tidak sampai pada masalah yang sekecil-kecilnya. Dan kejadian yang
digambarkan itu mengandung suatu konflik jiwa yang mengakibatkan adanya
perubahan nasib".(Santoso dan Wahyuningtyas)
6. “Novel” diartikan sebagai “Novel adalah produk
masyarakat. Novel berada dimasyarakat karena novel dibentuk oleh anggota
masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional dalam
masyarakat”.(Sumarjo)
7. “Novel” diartikan sebagai "Karangan prosa yang
panjang, mengandung rangkaian
cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya
dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku. Masalah yang dibahas tidak
sekompleks roman. Biasanya novel menceritakan peristiwa pada masa tertentu.
Bahasa yang digunakan lebih mirip bahasa sehari-hari. Meskipun demikian, penggarapan
unsur-unsur intrinsiknya masih lengkap, seperti tema, plot, latar, gaya bahasa,
nilai tokoh dan penokohan. Dengan catatan, yang ditekankan aspek tertentu dari
unsure intrinsic tersebut". (KamusBesarBahasa Indonesia)
8. Menurut The American College dictionary (Purba,
2010: 62), “Novel” diartikan sebagai “Suatu cerita prosa yang fiktif dengan
panjangnya tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan
nyata yang refressentatif dalam suatu alur atau keadaan yang agak kacau atau
kusut”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif yang dibuat untuk menghibur para
pembaca yang ditulis berdasarkan kenyataan maupun imajinasi penulis.
2.2 Pengertian Gaya Bahasa
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu,
keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara
lisan maupun tertulis.
Majas adalah kiasan bahasa
atau gaya bahasa untuk menggambarkan sesuatu dengan cara membandingkan,
mempertentangkan, mempertautkan, atau mengulangi katanya.
Gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan
bahasa seseorang dalam bertutur dan menulis, pemakaian ragam tertentu untuk
memperoleh efek tertentu serta merupakan keseluruhan ciri bahasa dari
sekelompok penulis bahasa. Pemanfaatan yang dilakukan penyair terhadap sarana
bahasa untuk memperoleh ciri khas dalam karya-karyanya. Dengan demikian, untuk
memahami dan menginterpretasi sebuah karya sastra, pengkajian dan penelitian
terhadap sarana bahasa yang terdapat pada karya tersebut harus dilakukan dengan
maksimal.
Pengertian gaya bahasa menurut para ahli, yaitu:
1.
Gorys Keraf mengatakan, “gaya bahasa adalah
cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa
dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus
mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan menarik” (Keraf,
1985:113).
2.
Gaya bahasa juga berarti 1) pemanfaatan atas
kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; 2) pemakaian ragam
tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu; 3) keseluruhan ciri-ciri bahasa
sekelompok penulis sastra; 4) cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan
dalam bentuk tulis atau lisan (KBBI, 1995: 297).
3.
P. Suparman Natawidjaja (1986: 73) mengatakan,
“gaya bahasa adalah pernyataan dengan pola tertentu, sehingga mempunyai efek
tersendiri terhadap pemerhati. Dengan pola materi akan menimbulkan efek
lahiriah (efek bentuk), sedangkan dengan pola arti (pola makna) akan
menimbulkan efek rokhaniah (sic!)”.
Menurut Suparman, yang dimaksud gaya bahasa di
sini adalah gaya bahasa sebagai pernyataan berbentuk kalimat, bukan yang
berbentuk paragraf. Itu berarti fabel tidak termasuk macam gaya bahasa karena
penyajiannya dalam bentuk paragraf atau cerita.
4. Menurut
Slametmuljana (dalam Pradopo, 2006:93) gaya bahasaialah susunan perkataan yang
terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang
menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Majas merupakan
peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau
menyimpang dari arti harfiah. Menurut Manaf (2008:145) gaya bahasa dan majas
adalah unsur pemberdayaan bahasa untuk mendapatkan pilihan kata yang tepat.
5.
Menurut Keraf (dalam Faizah, 2007:40) gaya
bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperhatikan ciri dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Berdasarkan
langsung tidaknya makna, Keraf membagi gaya bahasa menjadi dua macam, yaitu
gaya bahasa retoris yang terdiri atas dua puluh satu jenis dan gaya bahasa
kiasan yang terdiri atas enam belas jenis gaya bahasa.
6.
Menurut Pradopo (2006:93) menyatakan bahwa gaya
bahasa adalah cara menyampaikan pikiran atau perasaan ataupun maksud-maksud
lain yang menimbulkan gaya bahasa.
7.
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang
dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta
membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang
lebih umum. Pendek kata, penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta
menimbulkan konotasi tertentu. Gaya bahasa juga berarti cara mempergunakan
bahasa secara imajiantif, bukan dalam pengertian yang benar-benar secara
kalamiah.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan kemampuan dari seorang pengarang dalam
mempergunakan ragam bahasa tertentu dalam menulis sebuah karya sastra, dan
ragam bahasa tersebut sudah mempunyai pola-pola tertentu dan akan memberi kesan
pada pembaca atau pendengar karya itu.
2.3 Macam-macam Gaya Bahasa
Macam-macam gaya bahasa yang diutarakan oleh
Waridah (2012: 328) :
Secara garis
besar, majas dapat dibedakan menjadi empat golongan atau kelompok. Yaitu,
antara lain sebagai berikut :
1. Majas
Penegasan
2. Majas
Sindiran
3. Majas
Pertentangan
4. Majas Perbandingan
Setelah diatas kita membahas tentang jenis
dan macam-macam majas yang ada dalam struktur berbahasa Indonesia.
Dibawah ini akan dijelaskan secara lengkap bagaimana pengertian majas tersebut
beserta contohnya.
1.
Majas Penegasan
Majas Penegasan ialah kata-kata berkias yang
menyatakan penegasan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap
pendengar atau pembaca.
1.
Apofasis atau Preterisio adalah gaya bahasa
untuk menegaskan sesuatu dengan cara seolah-olah menyangkal hal yang ditegaskan.
Contoh:
v Tutur kata dan
sikapnya yang baik seakan membius siapapun yang ada dihadapannya. Entah apa
yang terjadi bila mereka tahu sifat aslinya.
2.
Repetisi adalah majas perulangan kata-kata,
frase, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan penkanan.
Contoh:
v Bukan uang, bukan mobil, bukan
juga rumah mewah yang aku harapkan dari ayah dan ibu. Aku haya ingin ayah dan
ibu disaat aku membutuhkan. Aku hanya ingin perhatian. Hanya itu, tidak lebih.
3.
Aliterasi adalah penggulangan konsonan pada
awal kata secara berurutan.
Contoh:
v Bagai bekal
bagi kehidupan kita.
4.
Pleonasme adalah satu pikiran atau gagasan yang
disampaikan secara berlebihan, sehingga ada beberapa keterangan yang kurang
dibutuhkan.
Contoh:
v Kami mendengar kabar itu dengan
telinga kami sendiri.
5.
Paralelisme adalah gaya bahasa yang memakai
kata, frase, atau klausa yang kedudukan sama atau sejajar.
Contoh:
v Baik golongan
yang tinggi maupun golongan yang rendah
harusdiadili kalau bersalah
6.
Tautologi adalah gaya bahasa berupa pengulangan
kata dengan menggunakan sinonimnya.
Contoh:
v Ia jadi marah
dan murka kepada orang yang menyerempet motor kesayangannya
7.
Inversi adalah gaya bahasa yang mendahulukan
predikat sebelum subjek dalam suatu kalimat.
Contoh:
v Terdapat
kekeliruan dalam tulisan itu!
8.
Ellipsis adalah gaya bahasa yang menghilangkan
beberapa unsur kalimat. Unsur-unsur yang hilang tersebut mudah ditafsirkan oleh
pembaca.
Contoh:
v Andai saja kamu
mau mengikuti saranku,tentu .... Sudahlah semuanya sudah terjadi,tidak perlu di
bicarakan lagi.
9.
Retoritas adalah gaya bahasa untuk menanyakan
sesuatu yang jawabannya telah terkandung dalam pertanyyaan tersebut.
Contoh:
v Adakah orang
yang ingin sakit selama hidupnya?
10.
Klimaks adalah gaya bahasa untuk menuturkan
satu gagasan atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana meningkat
kepada gagasan atau hal yang lebih kompleks.
Contoh:
v Aku menangis,
meledak-ledak seperti mau memecahkan rongga dada.
11.
Antiklimaks adalah gaya bahasa untuk menentukan
satu hal atau gagasan yang penting atau kompleks menurun kepada hal atau
gagasan yang sederhana.
Contoh:
v Persiapan
pemilihan umum telah dilaksanakan secara serentak di Ibu Kota Negara, ibu
kota-ibu kota provinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa di seluruh
Indonesia, hingga di tingkat RW maupun RT.
12.
Antanaklasis adalah gaya bahasa yang
menggunakan pengulangan kata yang sama tetapi maknanya berlainan.
Contoh:
v Ada dua buah
rumah kaca di halaman rumah pak saiman
13.
Pararima adalah bentuk penggulangan konsonan
awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
Contoh:
v Pengemis dan
anak-anak jalanan kocar-kacir saat petugas satpol PP melakukan penertiban.
14.
Koreksio adalah gaya bahasa yng pada mulanya
menegaskan sesuatu yang dianggap kurang tepat, kemudian diperbaiki.
Contoh:
v Kalau tidak
salah, saya pernah menyampaikan hal ini dua hari yang lalu. Ah bukan, kemarin.
15.
Asindeton adalah gaya bahasa yang bersifat
padat dan mamfat, beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak
dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja dengan
koma.
Contoh:
v Segala bentuk
hinaan, makian, fitnah, ia hadapi dengan tegar.
16.
Polisindeton adalah gaya bahasa yang merupakan
kebalikan dari asindeton. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan
dihbungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung.
Contoh:
v Kami tidak
hanya membangun rumah mewah, tetapi jga rumah sederhana dan rumah susun
sederhana milik atau rusunami.
17.
Eklamasio adalah gaya bahasa yang menggunakan
kata seru.
Contoh:
v “Ah... lupakan
saja!”
18 Alonim
adalah penggunaan varian dari nam untuk menegaskan.
Contoh:
v “Kamu ruwet,
kin!”
“Biar!”
(“pelangi kinkin”, Asma Nadia)
Kin adalah varian dari kinkin.
19.
Interupsi adalah gaya bahasa yang menyisipkan
keterangan tambahan diantara unsur-unsur kalimat.
Contoh:
v Pak Amri, guru
teladan di SMP Fajar Taruna, mendapat penghargaan dari Gubernur Jawa Barat.
20.
Silepsis adalah gaya bahasa dengan
mempergunakan dua kontruksi sintaksis yang dihubungkan oleh kata sambung.
Namun, hanya salah satu kontruksi yang maknanya utuh.
Contoh:
v Saya memahami
keadaan dirinya sebagaimana keadaan diriku. Seharusnya: saya memahami keadaan
dirinya sebagaimana ia memahami keadaan diriku.
2. Majas Sindiran
1.
Ironi adalah gaya bahasa untuk menyatakan suatu
maksud menggunakan kata-kata yang berlainan atau bertolak belakang dengan
maksud tersebut.
Contoh:
v Besar sekali
rumahmu. Sekali buka pintu langsung masuk ke ruang belakang.
2.
Sarkasme adalah gaya bahasa yang berisi
sindiran yang kasar.
Contoh:
v Mulutmu
harimaumu.
3.
Sinisme adalah sindiran yang berbentuk kesangsian
cerita menggandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati.
Contoh:
v Sudah, hentikan
bujuk rayumu karena hanya membuatku semakin sakit.
4.
Antifrasis adalah gaya bahasa ironi denagn kata
atau kelompok kata yang maknanya berlawanan.
Contoh:
v “Awas, si Bule
datang”, saat Ido yang berkulit hitam mendekati mereka.
5.
Inuendo adalah sindiran yang bersifat
mengecilkan fakta sesungguhnya.
Contoh:
v Ia menjadi
juragan tanah di daerah itu berkat kelihaiannya bermain mata dengan penguasa.
3. Majas Pertentangan
1.
Antithesis adalah gaya bahasa yang
menggungkapkan suatu maksud dengan menggunakan kata-kata saling berlawanan.
Contoh:
v Ia berjuang
siang dan malam tanpa peduli hujan atau terik demi mencari biaya penggobatan
anaknya.
2.
Paradoks adalah gaya bahasa untuk menggungkapkan
dua hal yang seolah-olah saling bertentangan namun sebenarnya keduanya benar.
Contoh:
v Jiwanya terasa
sepi ditengah hingar-bingar pesta.
3, Oksimoron adalah gaya bahasa yang
menggandung pertentanga dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam
frase yang sama.
Contoh:
v Gelap-terangnya
dunia ini dapat ia rasakan melaui mata batinnya.
4.
Anakronisme adalah gaya bahsa yang menggandung
ketidaksesuaian antara peristiwa dengan waktunya.
Contoh:
v Arjuna saling
berkirim SMS dengan Srikandi untuk melepas rasa rindu.
5.
Kontradiksi Interminus adalah gaya bahasa yang
berisi sangkalan terhadap pernyataan yang disebutkan sebelumnya.
Contoh:
v Siswa yang
tidak berkepentingan dilarang masuk, kecuali panitia lomba.
4.
Majas Perbandingan
1.
Metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan
dua hal benda secara singkat dan padat.
Contoh:
v Buku adalah
ilmu
2.
Sinestesia adalah gaya bahasa yang
mempertukarkan dua indra yang berbeda
Contoh:
v Cara berbicara
pemuda itu sangat kasar.
(kasar = indra peraba bertukar dengan indra
perdengaran)
3.
Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang
ditandai dengan kata depan dan penghubung seperti layaknya, bagaikan, seperti,
bagai.
Contoh:
v Jalani saja
hidup ini seperti air mengalir.
4.
Alegori adalah gaya bahasa untuk mengungkapkan
suatu hal melalui hiasan atau penggambaran.
Contoh:
v Suami sebagai
nahkoda, Istri sebagai juru mudi
5.
Alegori biasanya berbentuk cerita yang penuh
dengan simbol-simbol bermuatan moral.
Contoh:
v Perjalanan
hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang
kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan
yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
6.
Alusio adalah gaya bahasa yang yang berusaha
menyugestikan kesamaan antar orang, tempat, atau peristiwa.
Contoh:
v Semangat Bandung Lautan Api
menggelora dihati kami.
7.
Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan
nama merek atau atribut tertentu untuk menyebut suatu benda.
Contoh :
v Dia tampak asik
dengan blackberry yang baru di belinya
8.
Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan
nama diri, gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri.
Contoh:
v Terima kasih,
Dokter!
9.
Antopomorfisme adalah bentuk metpora yang
menggunakan kata atau bentuk lain yang
berhubungan dengan manusia untuk hala yang bukan manusia.
Contoh :
v Ia menunggu kekasihnya di mulut
gang
10.
Hiperbola adalah gaya bahasa yang bersifat
melebih lebihkan suatu kenyataan.
Contoh:
v Hujan turun mengiringi
langkahku di padi hari
11.
Litotes adalah gaya bahasa yang maknanya
mengecilkan fakta dengan tujuan untuk merendahkan diri.
Contoh:
v Terimalah bingkisan ini yang
tidak seberapa harganya. (pada kenyataannya, harganya mahal).
12.
Hipokorisme adalah gaya bahasa yang
menggunakan nama timangan atau kata yang
mengandung hubungan karib antara pembicara dengan topik yang di bicarakan.
Contoh :
v “Kehidupan itu kejam, Nduk.
Sadis! Bahkan sampai diluar nalar manusia. Untung kamu tidak perlu melihat itu
semua”.
(“Pelangi Kinkin”, Asma Nadia)
“Nduk”
adalah kalimat sapaan untuk orang yang lebih muda.
13.
Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati atau barang barang tidak bernyawa seolah-olah
memiliki sifat kemanusiaan.
Contoh:
v Bulan dan bintang bercumbu
mengiringi suasana malam yang sunyi.
14.
Sinekdoke
adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian, tetapi yang dimaksud ialah
seluruh bagian atau sebaliknya. Sinekdoke terbagi atas parsprototo ( sebagian
untuk seluruh bagian dan totum pro parte ( keseluruhan untuk sebagian).
a.
Prasprototo
Contoh:
v Setiap kepala di kenakan biaya
Rp50000,-.
b.
Totum pro parte
v Chikungunya menyerang Jawa
Barat
15.
Efemisme adalah gaya bhasa yang menggunakan
kata-kata yang halus.
Contoh:
v Para penyandang tuna netra dan
tuna rungu mendapat beasiswa dari pemerintah
16.
Perifrase adalah gaya bahasa untuk menggunakan
suatu kata atau kelompok kata lain. Kata atau kelompok kata tersebut dapat
berupa nama tempat, negara, benda, atau sifat tertentu.
Contoh:
v Berlibur di pulau dewata adalah
impianku
17.
Simbolik adalah gaya bahasa untuk melukiskan
suatu maksud dengan menggunakan simbol atau lambang.
Contoh:
v Banyak tikus berkeliaran di
gedung rakyat.
18.
Kiasmus adalah gaya bahasa yang terdiri atas
dua bagian, baik frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang dan dipertentangkan
satu sama lain, tetapi susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan
dengan frasa atau klausa lainnya.
Contoh:
v Di dunia ini memang panggung
sandiwara, orang bodoh bisa berlagak pintar dan orang pintar berlagak bodoh
2.4 Analisis
Gaya Bahasa pada Novel yang Berjudul Laila Majnun Karangan Nizami
Berdasarkan
hasil analisis dari bagian sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa pada novel
Laila Majnun terdapat berbagai macam majas. Majas yang digunakan oleh pengarang
dalam novel ini benar-benar membuat pembaca terbuai karena semua yang terjadi
dalam novel ini dilukiskan dengan sempurna. Kekayaan dan kedermawanan Sang
Sayid, kecantikan Laila, ketampanan Majnun, keperkasaan Naufal, semua
dilukiskan oleh pengarang dengan bahasa yang menarik yaitu majas.
1. Majas Perbandingan dalam Novel Laila
Majnun Karya Nizami
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan maka dapat diklasifikasikan pada majas
perbandingan lebih identik dengan majas simile.
Majas simile
menggunakan kata-kata perbandingan “bagaikan, seperti, laksana, ibarat, dan
bagai”. Pada perbandingan yang menggunakan kata bagaikan setelah
diklasifikasikan terdapat 72 kalimat, sementara itu perbandingan yang
menggunakan kata seperti sebanyak 47 kalimat. Pada perbandingan yang
menggunakan kata bagai hanya 2 kalimat saja, sedangkan perbandingan yang
menggunakan kata laksana dan ibarat masing-masing hanya terdiri dari satu
kalimat saja. Jika semua majas simile dijumlahkan maka hasilnya sebanyak 123
kalimat. Setelah majas simile, terdapat pula majas yang melebih-lebihkan yaitu
hiperbola. Majas hiperbola dalam novel Laila Majnun sebanyak 69 kalimat.
Masing-masing kalimat tersebut dapat dikategorikan kalimat yang berlebihan.
Majas
perbandingan lainnya yang terdapat dalam novel Laila Majnun yaitu majas
personifikasi dan eponim. Majas personifikasi merupakan majas yang digunakan oleh
pengarang untuk membandingkan benda-benda yang tidak bernyawa seolah-olah
memiliki sifat manusia serta kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh manusia.
Majas personifikasi pada novel ini terdapat 12 kalimat. Sementara itu majas
eponim yaitu majas yang digunakan untuk menunjukkan ciri-ciri tertentu. Pada
novel tersebut hanya ditemukan 2 kalimat.
Novel Laila
Majnun ini, sengaja dihadirkan pengarang dengan banyak menggunakan majas. Hal
ini bertujuan untuk menarik perhatian dan menggugah perasaan pembaca. Pada
novel ini terdapat berbagai macam majas perbandingan yang telah dijelaskan
sebelumnya. Namun majas perbandingan yang paling dominan digunakan oleh
pengarang yaitu majas simile. Majas ini bertujuan untuk membandingkan tokoh dan
kehidupannya yang terdapat dalam novel tersebut dengan realitas alam. Misalnya,
si tokoh Laila diibaratkan dengan cahaya matahari, mata rusa, cahaya rembulan.
Semua hal tersebut adalah realitas alam yang dekat dengan manusia. Realitas
alam ini sengaja diciptakan untuk menggambarkan kecantikan dan kebaikan dari
tokoh-tokoh yang diceritakan, dengan tujuan agar pembaca lebih dekat dengan objek yang
dilukiskan pengarang.
2.
Majas
Pertentangan dalam Novel Laila Majnun Karya Nizami
Berdasarkan
hasil analisis tersebut, maka dalam novel ini terdapat majas pertentangan.
Namun, hanya ada satu majas saja yaitu antitesis. Antitesis merupakan majas
yang menggunakan kelompok kata yang saling berlawanan arti.
Contohnya:
baik-buruk, benar-salah, besar dan kecil, siang-malam, serta jauh dan dekat. Majas
tersebut terdapat pada bab yang ke 7, 9, dan 24. Majas antites yang terdapat
dalam novel ini dipergunakan oleh pengarang dengan tujuan untuk menjelaskan
bahwa keadaan si Majnun yang tidak menentu akan takdir kehidupan yang sedang
dialaminya. Hal demikian dibuktikan denganbeberapa kelompok kata yang berlawan
arti dalam cerita. Contohnya, kelompok kata “baik-buruk”. Dapat dijelaskan
bahwa antara yang baik dan yang buruk sudah tidak dapat dibedakan oleh si
Majnun, baginya semua yang terjadi pada kehidupan ini sudah sama.
3.
Majas Penegasan dalam Novel Laila Majnun Karya
Nizami
Sesuai dengan
hasil analisis terdapat tiga majas yang melengkapi novel tersebut. Melalui
proses klasifikasi maka majas penegasan tersebut meliputi elipsis, invokasi,
dan retoris/erotesis.
Majas elipsis
dalam novel ini terdapat pada bab 18. Sementara itu, majas invokasi terdapat
pada bab 8 dan 52. Majas invokasi merupakan kalimat-kalimat yang menggunakan
kata-kata seruan untuk Sang Khalik. Kalimat-kalimat seruan yang digunakan dalam
novel tersebut yaitu kalimat yang menyebut nama sang Pencipta semesta
alam.Majas penegasan selanjutnya yaitu majas retoris/erotesis. Majas tersebut
merupakan majas yang mengandung kalimat berbentuk pertanyaan tanpa sebuah
jawaban. Hal tersebut terdapat pada bab 4 dan 7.
Majas penegasan
yang terdapat dalam novel Laila Majnun ini sengaja dihadirkan oleh pengarangnya
dengan tujuan untuk menegaskan suatu pernyataan. Misalnya, majas invokasi yang
mengunakan kata seru untuk memohon kepada sang Pencipta. Hal ini digunakan oleh
pengarang untuk menggambarkan kesungguhan tokoh Majnun dalam cerita.
Demikian pula
dengan majas retoris/erotesis, yaitu majas yang menggunakan kalimat tanya yang
tidak memerlukan jawaban. Majas ini dipergunakan pengarang untuk mencapai efek
yang lebih mendalam. Misalnya pengarang ingin menggambarkan keputusasaan tokoh
dalam sebuah cerita, untuk menggambarkan keputusasaan itu, pengarang membuat
pertanyaan-pertanyaan yang mengandung makna keputusasaan dan tidak memerlukan
jawaban.
4.
Majas Sindiran dalam Novel Laila Majnun Karya
Nizami
Berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan pada novel Laila Majnun karya Nizami maka
terdapat majas sindiran, namun majas tersebut hanya satu macam saja yaitu
sinisme. Majas sinisme merupakan kalimat-kalimat yang mengandung sindiran yang
kasar serta bisa menyinggung perasaan orang. Majas sinisme yang terdapat dalam
novel Laila Majnun karya Nizami berada pada bab 17. Majas sinisme yang ada pada
novel ini dipergunakan pengarang untuk menggambarkan kekesalan. Misalnya, si
Majnun yang menyindir Naufal karena kekesalannya terhadap janji-janji yang
tidak ditepati leh sahabatnya itu.
Pada dasarnya
keindahan novel Laila Majnun ini terletak pada kaidah bahasa yang digunakan
oleh pengarangnya. Seorang pecinta yang sangat berbakat menciptakan syair-syair
cinta dengan kehidupan yang begitu rumit tergambar jelas melalui bahasa
kiasannya atau sering disebut majas. Majas-majas yang diciptakan pengarang
melalui karyanya dipergunakan untuk memperindah cerita.
Beberapa contoh syair Majnun:
1.
Ketika
taman Laila sedang berbunga,
Majnun terbaring di luar sana menderita.
Baagaimana mungking Laila tersenyum dan tertawa,
Sementara Majnun tersiksa oleh cinta.(hal.67)
Berdasarkan hasil analisis
dalam syair di atas terdapat berbagai majas, yaitu:
1.
Ketika
taman Laila sedang berbunga
Kalimat di atas
mengandung majas personifiasi, karena disana dinyatakan taman Laila sedang
berbunga, yang dimaksud taman Laila itu adalah hati Laila. Jadi, dalam
kalimat itu seolah-olah hati itu hidup seperti taman yang dapat menumbuhkan
bunga-bunga.
2.
Majnun
terbarring di luar sana menderita
Maksud kalimat
di atas ialah keadaan Majnun sebaliknya dari kondisi Laila. Ia amat terpuruk
dalam keadaannya.
3.
Baagaimana mungking Laila tersenyum dan tertawa
Maksud kalimat
di atas ialah Laila pun dapat merasakan bagaimana keadaan Majnun. Jadi, dia
tidak akan pernah bahagia di atas penderitaan majnun.
4.
Sementara
Majnun tersiksa oleh cinta
Kalimat di atas
mengandung majas hiperbola, karena mana mungkin manusia bisa di siksa oleh cinta
(dalam artian kenyataan). Jadi maksudnya ialah kondisi Majnun sangat terpuruk
akibat cintanya terpisahkan dari Laila.
2.
Duka
di hatiku tak kau hiraukan,
Tangis di mataku tak kau pedulikan.
Dari banyak janji yang kau ucapkan,
Tak satupun yang kau tunaikan.
Kau bersumpah membuat dahagaku terpuaskan.
Semua sumpahmu kini kau campakkan.
Mengapa sumurmu dulu kau tampakkan,
Jika isinya hanya kutukan.(hal.80)
Berdasarkan hasil
analisis dalam syair diatas ada beberapa kalimat mengandung majas. Yaitu pada
kalimat:
Kau bersumpah membuat dahagaku terpuaskan
Semua sumpahmu kau kini kau campakkan
Mengapa sumurmu kau tampakkan
Jika isinya hanya kutukan
Kalimat di atas
mengandung majas sinisme. Karena mengandung sindiran
yang berbentuk kesangsian cerita, ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati
pangeran Naufal untuk membantu Majnun.
3.
Aku
melihat matanya dalam matamu, lebih hitam dari kegelapan.
Namun bayangannya tidak akan kembali oleh hanya kesamaan.
Karena apa yang telah hilang
dariku tidak akan tergantikan
Dan yang tersisa hanyalah kenangan menyakitkan... (hal.103)
Berdasrkan hasil analisis syair di atas mengandung beberapa majas,
yaitu:
1.
Aku
melihat matanya dalam matamu
`Kalimat di
atas mengandung majas simile. Karena membandingkan mata Laila seperti mata
rusa.
2.
Lebih
hitam dari kegelapan
Kalimat di atas
mengandung majas hiberbola. Karena melebih-lebihkan mata Laila, Majnun
mengungkapkan mata Laila lebih hitam warnanya dari kegelapan malam.
3.
Dan
yang tersisa hanyalah kenangan menyakitkan
Kalimat di atas
mengandung majas hiperbola. Karena tidak selamanya kenangan itu menyakitkan.
4.
Setiap
embusan angin membawa harummu untukku.
Setiap kicauan burung mendendangkan namamu untukku
Setiap mimpi yang hadir membawa wajahmu untukku.
Setiap pandangan menampakkan bayanganmu padaku.
Aku milikmu, aku milikmu, jauh maupun dekat.
Dukamu adalah dukaku, seluruhnya milikku, di mana pun ia
tertambat.(hal.107)
Berdasarkan
analisis syair di atas menggandung beberapa kalimat yang menggandung majas,
yaitu:
1. Setiap embusan angin membawa harummu
untukku.
Setiap kicauan burung mendendangkan namamu untukku
Setiap mimpi yang hadir membawa wajahmu untukku.
Setiap pandangan menampakkan bayanganmu padaku.
Kalimat di atas
mengandung majas hiperbola. Karena dalam kalimat itu menceritakan bahwa Majnun
dapat mencium bau aroma Laila lewat hembusan angin, mendengar nama Laila lewat
kicauan burung, Majnun pun dapat selalu menatap wajah Laila lewat mimpi, dan
bayangan Laila selalu hadir dalam seluruh pandangan Majnun.
Begitulah gambaran
seorang Majnun yang tergila-gila oleh Laila, sampai-sampai apapun yang ia
lakukan, ia lihat, ia dengar hanyalah segala sesuatu yang bersangkutan dengan
Laila. Walaupun jarak mereka teramat jauh, banyak rintangan yang menghadang
mereka. Tapi tetap cinta mereka menyatu. Itulah cinta sejati.
2. Aku milikmu, aku milikmu, jauh
maupun dekat.
Kalimat di atas
mengandung majas repetisi karena adanya perulanagan kata dalam satu kalimat.
Perulangan itu bertujuan untuk lebih menegaskan isi syair.
3. Dukamu adalah dukaku, seluruhnya
milikku, di mana pun ia tertambat
Kalimat di atas
mengandung majas metafora karena menggabungkan dua benda secara singkat dan
padat. Yaitu Laila dan Majnun. Dan apapun yang mereka rasakan akan dirasakan
bersama.
5.
Keluarkan
aku dari sungai kesepian ini,
Karena cahaya hidupku pudar dalam belantara ini.
‘Jangan takut, karena aku adalah milikmu!’ kau berkata,
Bila itu benar, datanglah sekarang, atau mereka akan menemukanku
tak bernyawa.
Sekali terperangkap, kambing yang sekarat mendengar terlambat,
Teriakan ‘Awas serigala!’ yang akan membuatnya selamat. (hal.110)
Berdasarkan analisis syair
di atas mengandung beberapa majas, yaitu:
1.
Keluarkan aku dari sungai kesepian ini,
Kalimat di atas
mengandung majas hiperbola. Karena begitu banyaknya kesedihan yang dirasakan
sampai-sampai digambarkan seperti derasnya sungai yang mengalir.
2.
Karena
cahaya hidupku pudar dalam belantara ini
Kalimat di atas
mengandung majas hiperbola. Karena tidak mungkin cahaya hidup bisa pudar oleh
hutan belantara. Tapi, maksud belantara itu adalah rintangan hidup yang
dihadapi Majnun.
3.
‘Jangan
takut, karena aku adalah milikmu!’ kau berkata,
Kalimat di atas
mengandung majas metafora karena menggabungkan dua benda secara singkat dan
padat. Yaitu Laila dan Majnun.
4.
Sekali
terperangkap, kambing yang sekarat mendengar terlambat
Kalimat di atas
mengandung majas perumpamaan, karena mengumpamakan manusia menjadi hewan.
6.
Kau
penyebab sekaratku berkepanjangan,
Tetapi hasratku
padamu membuat kau kumaafkan.
Kau adalah sang
matahari, sementara aku bintang malam,
Cahayamu
menyurutkan kerlipku yang kelam.
Nyala lilin iri
padamu,
Bunga mawar
merekah dalam namamu.
Terpisah
darimu? Tidak akan pernah!
Cinta dan
kesetiaanku hanya untukmu. Aku bersumpah!
Walau tersiksa,
aku akan tetap menjadi sasaran cambukmu,
Ketika mati,
aku adlah nadi yang mengalir di nadimu. (hal.136)
Berdasarkan
analisis syair di atas mengandung beberapa majas, yaitu:
1.
Kau
adalah sang matahari, sementara aku bintang malam
Kalimat di atas
mengandung majas simile karena ditandai dengan kata yang berarti
mengibaratkan sesuatu kepada benda lain.
Dalam syair itu
Majnun menggambarkan Laila laksana matahari dan menggambarkan dirinya hanya bintang
yang kilaunya jauh lebih redup dari matahari.
2.
Cahayamu
menyurutkan kerlipku yang kelam.
Kalimat di atas
menggandung majas hiperbola. Karena cahaya diri majnun tidak akan padam oleh
cahaya milik Laila.
3.
Nyala lilin iri padamu,
Kalimat di atas
menggandung majas hiperbola. Karena cahaya lilin tidak mungkin iri oleh cahaya
Laila. Tapi disana Majnun menggambarkan keindahan cahaya Laila sampai-samoai
lilin pun iri padanya.
4.
Bunga mawar merekah dalam namamu
Kalimat di atas
menggandung majas hiperbola. Karena bunga mawar tidak akan merekah (mekar)
dalam nama Laila. Tapi, disana Majnun mengibaratkan Laila seperi taman indah
yang akan menjadi tempat merekahnya bunga mawar.
5.
Cinta dan kesetiaanku hanya untukmu. Aku bersumpah!
Kalimat di atas
menggandung majas hiperbola. Karena manusia tidak akan mungkin dapat menentukan
jalan hidupnya sendiri. Bagaimana jika Allah menakdirkan tidak selalu bersama?
6.
Walau tersiksa, aku akan tetap menjadi sasaran cambukmu,
Kalimat di atas
menggandung majas hiperbola. Karena Majnun merelakan dan mengorbankan segalanya
demi Laila. Walaupun dia dicambuk ia rela demi menjaga cintanya.
7.
Ketika mati, aku adalah nadi yang mengalir di nadimu
Kalimat di atas
menggandung majas hiperbola. Karena nadi orang yang sudah mati tidak mungkin
mengalir. Apalagi mengalir ditubuh orang lain.
7.
Bilamana
taman meriah oleh mawar-mawar merah, betapa cocoknya menyandingkannya dengan
anggur merah delima.
Aku heran, untuk siapa mawar mengoyak pakaiannya.
Untuk cinta sang kekasih, kukoyak pakaianku sendiri!
Bukankah mangsa yang malang menjerit akan ketidak adilan?
Maka mengapa meributkan halilintar?
Jika korbannya adalah aku!
Bagaikan tetes hujan di saat matahari terbit yang jatuh menetes
pada kelopak melati,
Pada pipi sang kekasih, air mataku bercucuran.
Tulip yang memerah di seluruh daratan bagaikan batu delima.
Pencuri mana yang telah mencuri intanku?
Pepohonan menebarkan wanginya dalam aroma bunga,
Hingga aroma Khotan tak bisa bernafas dalam kekaguman. (hal.225)
Berdasarkan
analisis syair di atas mengandung beberapa majas, yaitu:
1.
Bilamana
taman meriah oleh mawar-mawar merah, betapa cocoknya menyandingkannya dengan
anggur merah delima.
Kalimat di atas
mengandung majas personifikasi. Karena disana digambarkan mawar-mawar merah
dapat memeriahkan taman. Padahal mawar-mawar merah mustahil memeriahkan taman,
karena memeriahkan itu adalah hal yang sering dilakukan oleh manusia.
2.
Aku
heran, untuk siapa mawar mengoyak pakaiannya
Kalimat di atas
mengandung majas personifikasi. Karena disana digambarkan bahwa mawar mengoyak
pakaiannya, padahal mawar itu tidak memiliki pakaian dan tidak mungkin memiliki
sifat kemanusiaan.
3.
Bagaikan
tetes hujan di saat matahari terbit yang jatuh menetes pada kelopak melati,
Kalimat di atas
mengandung majas Simile yang ditandai dengan kata
depan dan penghubung seperti layaknya, bagaikan, seperti, bagai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif yang dibuat untuk menghibur para
pembaca yang ditulis berdasarkan kenyataan maupun imajinasi penulis.
Gaya bahasa merupakan kemampuan dari seorang
pengarang dalam mempergunakan ragam bahasa tertentu dalam menulis sebuah karya
sastra, dan ragam bahasa tersebut sudah mempunyai pola-pola tertentu dan akan
memberi kesan pada pembaca atau pendengar karya itu.
Secara garis besar, majas dapat dibedakan menjadi empat golongan
atau kelompok. Yaitu, antara lain sebagai berikut :
1. Majas Penegasan
2. Majas Sindiran
3. Majas Pertentangan
4. Majas Perbandingan
Berdasarkan
hasil analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan
bahwa:
1.
Pada
novel Laila Majnun karya Nizami ini terdapat majas perbandingan yang berfungsi
sebagai sarana pengarang untuk memisalkan tokoh dan kehidupannya berdasarkan
realitas alam yang dekat dengan kehidupan pembaca.
2.
Pada
novel Laila Majnun karya Nizami ini terdapat majas pertentangan yang
dipergunakan pengarang untuk melukiskan tokoh yang menjalani kehidupannya
dengan keadaan yang tidak menentu, dalam artian tokoh tersebut tidak bisa
berbuat apa-apa lagi.
3.
Pada
novel Laila Majnun karya Nizami ini terdapat majas penegasan yang berfungsi
untuk menegaskan suatu pernyataan. Melalui majas penegasan yang terdapat dalam
novel Laila Majnun karya Nizami ini, sebenarnya pengarang ingin mengungkapkan
secara tegas berbagai pernyataan-pernyataan yang melibatkan kehidupan tokoh
dengan takdir yang sedang dialaminya.
4.
Pada
novel Laila Majnun karya Nizami ini terdapat pula majas sindiran yang berfungsi
untuk mengungkapkan atau menyatakan kekesalan serta amarah yang ada dalam diri
Majnun terhadap sahabatnya.
Keempat majas
yang terdapat dalam novel Laila Majnun ini merupakan strategi dari pengarang
itu sendiri untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh dalam
kehidupannya melalui bahasa sebagai sarana untuk mengungkapkannya. Namun,
bahasa yang digunakan dalam novel Laila Majnun ini bukan hanya sekadar bahasa
biasa saja, akan tetapi bahasa yang digunakan oleh pengarangnya yaitu
bahasa-bahasa yang penuh dengan kiasan.
3.2 Saran
Sebuah karya
sastra tidak lepas dari unsur bahasa melalui majas dari pengarang itu sendiri.
Namun, ada baiknya analisis terhadap novel Laila Majnun karya Nizami
dilanjutkan dengan sudut pandang yang berbeda, baik teori maupun metode. Hal
ini akan menunjukan bahwa sebuah karya sastra itu sangat kompleks, sehingga
tidak menutup kemungkinan penafsiran dan pemberian makna lain bagi peneliti
selanjutnya.
Penulis juga
menyarankan agar pembaca membaca novel Laila Majnun, sehingga pembaca bisa
mengetahui bahwa novel Laila Majnun ini sangat sarat dengan pesan-pesan moral,
yaitu cinta sejati tidak memerlukan penyatuan fisik saja, karena cinta sejati
melebihi ikatan duniawi. Selain itu cinta sejati yang hadir dalam novel Laila
Majnun karya Nizami menyebabkan penderitaan sebanding dengan kebahagiaan. Oleh
karena itu, hidup ini harus penuh dengan cinta kepada Ilahi agar kelak akan
mendapatkan cahaya kehidupan yang abadi.
DAFTAR PUSTAKA
Budiharso, Teguh. 2007. Paduan Lengkap Karya Ilmiah.
Yogyakarta: Gala Ilmu
Irman, Mokhamad, dkk. 2010. Bahasa Indonesia 3. Jakarta:
Pusat Perbukuan
Nizami. 2010. Laila
Majnun. Bandung: Oase
Rahmawati, Junita. 2012. Pedoman Umum EYD dan Pembentukan
Istilah. Tangerang: Karisma Publishing Group
Rohmatullah. 2013. Pengertian
Novel. http://www.rohmatullah. blogspot.com. Januari, 2015
Waridah, Ernawati. 2012. Ejaan
yang Disempurnakan dan Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Bandung: Ruang Kata