Sunday, October 13, 2019

Pengalaman KKN Part 2 (Survei Tempat)

    Tanggal 27 Desember 2018 Kelompok KKN 02 melakukan pertemuan pertama untuk membicarakan program kerja dan rancangan biaya yang akan dilakukan selama masa KKN sekitar 35 hari. Kita melakukan komunikasi via aplikasi whatsapp untuk saling bertukar pikiran sebelum melakukan pertemuan, karena dari 19 orang dalam satu kelompok aku baru kenal 3 orang ajah :p. Pertemuan pertama itu dilakukan di pinggir gedung rektorat Universitas Siliwangi dan kita saling berkenalan dan ngobrol-ngobrol sambil menunggu yang lain datang. Singkat cerita kita menentukan dulu kepengurusan selama KKN 02 dengan Kordesnya Ilham, Wakordesnya Yosep, Sekertaris 1 nya Novelia, Sekertaris 2 nya Rheza (cewek ya guys), Bendahara 1 nya Vena, dan Bendahara 2 nya aku sendiri. Karena gak semua orang dateng untuk berkumpul, maka untuk kepengurusan yang lainnya ditangguhkan nanti di pertemuan selanjutnya. 
       Setelah itu kita menentukan program kerja yang sesuai dengan tema KKN kita yaitu Kesehatan dan tema itu ditentukan oleh pihak LPPM UNSIL, setelah pembicaraan panjang muncul lah nilai "iuran" untuk 35 hari kedepan itu adalah Rp. 750.000,00 (udah include semua ya guys termasuk makan, baju, rumah, dan kegiatan). Dan keputusan untuk survei kita akan melakukannya tanggal 29 Desember 2018.
      Pada Tanggal 29 Desember 2018 datanglah ke kampus Aku, Vena, Yosep, Niko, Ilham, dan Fikri untuk melakukan survei tempat KKN ke Desa Parakanhonje Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya. Kita berangkat dari kampus pukul 10.30 WIB dan sampai disana jam 12.30 WIB (pertama kali bawa motor jauh banget dan harus menyesuaikan kecepatan laki-laki, sumpah tangganku kebas narik gas motor). Sebelum sampai di Desa Parakanhonje kita istirahat dulu id daerah Hegarwangi untuk menunaikan shalat dzuhur dan melepas lelah selama perjalanan kesana. Karena kesana Hari Minggu dan kantor Desa pun tutup maka kita memutuskan langsung datang saja ke rumah Bapak Kadesnya. Setelah menyampaikan maksud kita kesana Pak Kades sangat menerima kedatangan kita dan merekomendasikan agar rumah yang akan kita tinggali ada disekitar kantor Desa, dan beliau menrekomendasikan kita tinggal di rumah kakaknya.
       Setelah dari rumah pak Kades kita langsung mencari rumah yang ditunjukan oleh pak Kades, dan ternyata hanya sekitar 300 M dari rumah beliau. Kedatangan kita di rumah kakaknya Pak Kades sudah disambut oleh pemilik rumah yang kebetulan membuka warung disana (wah enak kalau butuh apa-apa gampang). namun setelah berbicara panjang lebar pemilik rumah tidak bisa memberikan rumahnya untuk kita tempati karena anaknya yang biasanya kerja di Kota sedang ada disana. lalu kamipun bernegosiasi dan keputusan ada di anak pemilik rumah dengan mematok harga Rp. 3.000.000,00. Kita kaget banget denger harga yang di tawarkan dan kita pun menangguhkan dulu untuk deal dealannya dikarenakan kita berpikiran itu terlalu mahal.
      Kita langsung melaju ke arah kantor Desa dan ternyata agak jauh ke pemukiman padat penduduk hanya ada beberapa rumah dan Sekolah Dasar yang ada disana. Kita mencoba mendatangi salah satu rumah warga yang ada disana dan menanyakan apakah ada rumah yang bisa kita tinggali untuk 35 hari kedepan, dan hasilnya nihil untuk di daerah sana dikarenakan tidak akan mencukupinya air bersih yang bisa digunakan untuk 19 orang selama 35 hari karena memang tempatnya seperti di atas bukit.
       Selanjutnya kita direkomendasikan untuk ke Dusun Ciomas nama kampungnya Ciketug dan jaraknya sekitar 1-2 KM dari kantor Desa. Saat kita menuju kampung yang direkomendasikan salah satu warga ternyata medan yang dilaluinya sangatlah curam dan tidak ada penerangan jika melaluinya diwaktu malam. Belum sampai ke tempat tujuan kita memutuskan untuk kembali lagi mencari rumah di Dusun lain yang jalannya tidak terlalu terjal.
        Saat motor kita melaju ada seoramg bapak yang sedang duduk di pinggir jalan dan kita langsung mendekatinya dengan maksud ingin menanyakan apakah ada rumah yang bisa kita tinggali untuk 35 hari kedepan, dan ternyata si Bapak mengajak kita melihat-lihat kerumah ibunya yang tempatnya tepat di pinggir jalan, namun masalahnya tidak ada jalan motor dan terlalu dekat ke jalan raya karena rencananya kita akan membawa 10 motor sewaktu KKN.
       Saat sibapak mengetahui kita tidak srek dengan keadaan rumahnya kita diajak lagi kerumah kakaknya yang sudah beberapa bulan kosong dan awalnya kita bersyukur dikarenakan motor bisa masuk ke rumah itu walaupun hanya sebatas gang, dekat dengan jalan namun tidak pinggir jalan banget. Saat sampai ke rumah yang dituju terlihat sangat kotor pertanda rumah itu sudah lama tidak dirawat dan kita langsung memikirkan apakah 10 motor bisa muat disimpan di halaman dan ternyata halamannya tidak ada pagar yang membuat kita agak risau. Setelah pintu rumah di buka dan kita masuk cuma bisa melonggo melihat keadaan rumah yang amburadul, flapon yang udah pada bocor dan furniture rumah yang sudah tidak terawat kita keliling rumah sampai kebelakang melihat WC nya yang terbuka lebar dan kondisi dapur yang amat sangat memprihatinkan. Saat aku memberanikan diri bertannya masalah air dan listrik dan ternyata sudah beberapa bulan setrelah rumah itu ditinggalkan air dan listriknya mati. Ya Allah dalem hati kalo kotorkan bisa di bersihin nah ini kalo gak ada air sama listrik apa daya?.
       Kita pun menyampaikan penolakan untuk tinggal disana secara halus dan si bapak pun mengerti, setelah kita berpamitan ada seorang bapak bernama Pak Abdullah yang mendekati dan bertanya dari mana dan hendak apa kita disana? kita pun menceritakan maksud dan tujuan kita ke pak Abdullah. Dan alhamdulillah kebetulan rumah anaknya pak Abdullak kosong dikarenakan pindah sebulan yang lalu ke tempat yang dekat dengan tempat pekerjaannya.
      Kita berenam mengikuti Pak Abdullah ke rumahnya dan ternyata rumah anaknya tepat di depan rumah pak Abdullah dan ada halam yang luas banget buat nyimpen motor. Pokonya perfect deh. Saat kita masuk ke rumah yang akan kita tempati 35 hari itu ada 2 kamar dan satu ruangan besar yang disekat menjadi ruang tamu, ruang keluarga, dan dapur serta ada 1 kamar mandi di belakang. Kita berencana tinggal satu rumah 19 Orang dan sebenernya yang agak problem itu di WC nya. Setelah negosiasi dengan si bapak kita menentukan harga Rp. 1.500.000,00 dengan catatan pintu WC dibenarkan dan air dialirkan.
       Akhirnya kita mengakhiri survei untuk mencari tempat tinggal selama KKN karena telah menemukan tempat tinggal dan langsung menginfokan ke teman KKN yang tidak ikut survei di group whatsapp dan langsung pulang menuju menuju Universitas Siliwangi. Sebelum pulang kita menunaikan shalat ashar di tempat istirahat waktu dzuhur tadi di daerah Hegarwangi dan kita baru sadar belum makan siang, karena tidak ada reverensi harus makan dimana maka kita pilih random saja tukang baso yang ada di sekitaran jalan Simpang. Basonya murah banget Rp. 12.000,00 dapet yang gede banget taoi masalah rasa jangan disamakan dengan yanga ada di Kota Tasikmalaya yah. Kita pun pulang dengan selamat dan sampai di kampus dengan disambut lantunan adzan magrib di mesjid kampus. Setelah menunaikan shalat magrib kita pun pulang ke tempat masing-masing untuk beristirahat setelah kelelahan melakukan perjalanan jauh.


No comments:

Post a Comment